Pemantau PBB Ditembaki di Suriah

Para pemantau PBB saat mengunjungi wilayah pemberontak Suriah di distrik Rastan, Homs (foto: dok). Pemantau PBB mendapat serangan saat akan memantau lokasi pembunuhan massal di Suriah, Kamis (7/6).

PBB mengatakan pemantau PBB yang tidak bersenjata dihujani tembakan dan dilarang menyelidiki lokasi pembunuhan massal yang dilaporkan baru terjadi.
Insiden itu menambah kutukan internasional terhadap pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan para pemantau PBB tidak diberi izin masuk ke desa Mazraat al-Qubeir di provinsi Hama, Suriah tengah, dan “dihujani tembakan senjata ringan” ketika berusaha mencapai daerah itu.

Sekalipun Ban tidak langsung menuduh pasukan Suriah atas pembantaian terbaru yang dilaporkan itu, ia mengecam keras apa yang tampaknya usaha pemerintah untuk menghambat pemantau meninjau tempat pembantaian hari Rabu dimana paling sedikit 78 orang tewas, separuh dari mereka wanita dan anak-anak, termasuk 35 anggota dari satu keluarga. Sebagian ditikam dan dibakar.

Kieran Dwyer, jurubicara departemen penjaga perdamaian PBB, mengatakan para peninjau PBB dipaksa kembali dan tidak cedera, walaupun satu kendaraan kena tembak dan rusak ringan.

Utusan internasional Kofi Annan, yang rencana perdamaiannya telah dirundingkan bulan April namun belum dilaksanakan oleh pemerintah Suriah, memperingatkan agar semua pihak tidak membiarkan pembunuhan massal bagian dari kenyataan setiap hari di Suriah.

Annan mendesak Dewan Keamanan PBB dan seluruh masyarakat internasional agar bersatu dan bertindak segera untuk memperkuat tekanan, terutama terhadap pemerintahan Assad. Kalau keadaan tidak berubah, ia memperingatkan, Suriah kemungkinan besar akan menghadapi masa depan penindasan yang brutal, pembantaian, kekerasan antar-golongan dan bahkan perang saudara besar-besaran.

Para diplomat PBB mengatakan Annan mengusulkan agar negara-negara kuat dunia dan negara-negara utama di kawasan itu, termasuk Iran, membuat strategi baru untuk mengakhiri sengketa 15 bulan itu dalam pertemuan tertutup Dewan Keamanan hari Kamis. Annan dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton hari Jumat di Washington.

Kalau dikukuhkan, pembantaian Qubeir akan menjadi pembantaian massal sipil yang ke-4 di Suriah dalam dua minggu terakhir.

Gedung Putih hari Kamis menuduh pemerintah Suriah mendalangi pembantaian kaum sipil yang keterlaluan, termasuk wanita dan anak-anak, mengutip berbagai laporan dari berbagai sumber yang layak dipercaya.

Ribuan warga Suriah telah tewas dalam serangan dan bentrokan sejak gencatan senjata diberlakukan, dan kehadiran ratusan pemantau PBB belum berhasil menghentikan kekerasan.

Pemerintahan Obama sekali lagi menghimbau perubahan rezim di Suriah.

Berbicara hari Kamis di Istanbul setelah munculnya laporan bahwa 78 orang tewas dalam pembantain hari Rabu, Menteri Clinton mengatakan, Presiden Suriah Bashar al-Assad telah menggandakan kebrutalan dan tipu muslihatnya, dan sudah tiba saatnya bagi komunitas internasional untuk membuat rencana bagi Suriah pasca Assad.

Menteri Clinton juga mengatakan pentingnya memberi dukungan sepenuhnya bagi rencana perdamaian Kofi Annan, yang dapat dikumpulkan oleh komunitas internasional hingga para anggota Dewan Keamanan dapat mencapai kesepakatan bersama untuk mengambil tindakan lebih lanjut untuk Suriah, apabila diperlukan.

Annan dijadwalkan untuk memberi laporan kepada Dewan Keamanan Kamis sore. Para diplomat mengatakan dia hendak menyampaikan usulan baru untuk menyelamatkan rencana perdamaiannya yang gagal.

Mereka mengatakan rencana baru Annan akan membentuk kelompok kontak bagi Suriah yang akan mencakup kelima anggota tetap Dewan Keamanan dan negara-negara kunci di kawasan itu yang punya pengaruh atas Damaskus atau pihak oposisi, seperti Arab Saudi, Qatar, Turki dan Iran.

Kelompok itu akan berupaya untuk memetakan transisi politik yang menjurus pada penyerahan kekuasaan Presiden Bashar al-Assad dan penyelenggaraan pemilu bebas di Suriah.