Pemasukan RS Menurun, 1,4 Juta Pekerja Kesehatan di AS di-PHK

  • Carolyn Presutti

Dr. Mike Wilson saat berada di ruang perawatan khusus pasien Covid-19, New York. (Foto courtesy: Dr.Mike Wilson/ Videograb)

Tiap-tiap negara bagian di Amerika secara perlahan mulai mengakhiri penutupan wilayahnya yang dilakukan dalam mengatasi penyebaran corona. Pandemi ini telah melumpuhkan banyak sektor ekonomi, termasuk industri kesehatan yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa selama masa krisis. Dampak buruk bagi pekerja medis dan mereka yang bergantung pada dokter mungkin terus terjadi walau wabah corona dapat diatasi.

Dr. Mike Wilson sedang berada di rumahnya di Texas dan menjalankan perannya sebagai seorang ayah bagi ketujuh anaknya. Jauh berbeda dari bulan lalu ketika ia masih menjabat sebagai direktur medis di Kota New York.

Pada bulan April lalu, ia sempat berbicara kepada VOA di saat tengah bekerja lima minggu berturut-turut, setiap hari tanpa hari libur, 14 jam setiap hari.

Dr. Mike Wilson. (Foto: VOA/Videograb)

Ketika jumlah kasus corona menurun di New York, Dr Wilson kembali ke rumah sakit di Texas dan mendapati dirinya kehilangan pekerjaan. Melalui aplikasi Zoom, Dr. Wilson mengatakan, "Tidak banyak pasien yang datang ke rumah sakit, jadi mereka tidak membutuhkan staf. Jadi banyak perawat dan dokter di seluruh Amerika telah diberhentikan atau diliburkan tanpa digaji."

Ketika pandemi virus corona memuncak pada bulan April, sektor kesehatan swasta di Amerika mem-PHK 1,4 juta pekerjanya. Berikut ini penjelasan mengapa hal itu dapat terjadi.

Saat pandemi melanda, kebanyakan rumah-rumah sakit membatalkan jadwal operasi untuk menyediakan ruang bagi pasien Covid. Rumah-rumah sakit berskala kecil, yang sudah bergelut dengan masalah keuangan, masuk ke dalam keadaan yang lebih buruk. Ditambah lagi, jumlah pasien yang datang dan dirawat di UGD menurun drastis karena warga Amerika merasa khawatir untuk datang ke rumah sakit.

Dr. Ruchita Gandhi, Lenox Hill Hospital (Foto: VOA/videograb)

Dr Ruchita Gandhi sempat merawat seorang pasien perempuan yang terkena stroke. Pasien itu menunda untuk pergi ke rumah sakit hingga akhirnya terlalu terlambat untuk ditangani.

Melalui aplikasi Zoom, Dr. Gandhi menjelaskan, "Kami dapat melihat terjadinya gumpalan besar darah, dan kami semuanya merasa ngeri… ini merupakan salah satu kasus di mana kami sebenarnya dapat melakukan sesuatu yang dapat memberikan dampak yang besar. Pasien ini, jika saja ia datang 24 jam lebih awal, kami mungkin masih dapat mengangkat gumpalan darah itu."

Akibat dari menghindarinya pasien datang ke UGD dan pemasukan menurun, pihak rumah sakit memotong jumlah staf. Sebagian rumah sakit di daerah pedesaan kini beroperasi hanya dengan satu atau dua dokter untuk menangani pasien di UGD.

Dr. K.Kay Moody, Pendiri EMDOCS (Foto: VOA/Videograb)

Dr. K. Moody mendirikan EMDOCS, grup yang anggotanya terdiri dari 23 ribu dokter UGD. Ia mengatakan, anggotanya terancam dipecat jika mereka mengeluhkan kekurangan tenaga medis di tempat mereka bekerja.

Lewat aplikasi Zoom, Dr. Moody mengatakan, "Jika tiba-tiba terjadi kecelakaan beruntun di dekat rumah sakit, kami membutuhkan tenaga medis di sana. Kami tidak tahu kapan hal itu akan terjadi. Kami tidak tahu kapan keadaan darurat akan terjadi. Jadi kami harus selalu siap."

Dr Moody mengatakan, rumah-rumah sakit di Amerika selalu menghadapi masalah keuangan, namun mereka kini berjuang untuk keluar dari masalah keuangan dalam skala lebih besar lagi.

Your browser doesn’t support HTML5

Pemasukan RS berkurang, 1,4 Juta Pekerja Kesehatan di Amerika Terkena PHK

Ia menambahkan, "Layanan kesehatan telah berubah menjadi sebuah industri dan seharusnya tidak demikian. Ini seharusnya tentang seorang manusia yang memberikan perawatan terhadap sesama manusia."

Dana bantuan pemerintah Amerika sebesar dua triliun dollar untuk memerangi virus corona, yang disetujui pada bulan Maret oleh Kongres Amerika, menyediakan sekitar 100 miliar dollar bagi rumah-rumah sakit untuk menutupi kerugian yang dialaminya. [lj/lt]