Pembatasan Perjalanan Diperketat, Maaf Gak Mudik Dulu!

Para penumpang di Bandara Soekarno-Hatta yang hendak mudik di tengah pandemi COVID-19, Tangerang, 4 Mei 2021. (Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/Reuters)

Pembatasan perjalanan yang ketat dan berbagai kebijakan terkait lainnya, serta pandemi virus corona yang masih terus merebak, membuat banyak warga tidak bisa melaksanakan salah satu tradisi saat Lebaran, yaitu mudik

Aji Rokhadi sudah lebih dari delapan tahun bekerja di Tokyo, Jepang. Ia ingin sekali mudik ke Jakarta, merayakan lebaran bersama keluarga besarnya. Namun, perebakan pandemi virus corona yang masih belum terkendali dan perebakan pandemi virus corona dan pembatasan perjalanan yang ketat, --baik yang diberlakukan pemerintah Jepang maupun Indonesia -- membuat Aji mengurungkan niatnya.

Aji Rokhadi, warga Indonesia yang sudah lebih dari delapan tahun bekerja di Tokyo, Jepang.(Foto: Aji Rokhadi/Pribadi)

“Seperti kebanyakan orang yang merayakan hari raya, saya juga ingin sekali bisa mudik. Tapi apa daya karena pandemi saya harus mengurungkan niat itu," ujar Aji.

Tokyo, yang sedang bersiap melangsungkan pesta olahraga bergengsi Olimpiade 2021, memang sedang memberlakukan kebijakan pembatasan sosial dan perjalanan yang sangat ketat. Lebih dari 660 ribu orang terjangkit virus mematikan ini, sementara korban meninggal mencapai lebih dari 11 ribu orang.

Pertimbangan serupa juga membuat Henny Kusumawati dan suaminya Teguh Yulianto, warga Indonesia yang sejak 2011 bermukim di Atlanta, Georgia, mengurungkan niatnya untuk mudik.

“Lebaran kali ini lagi-lagi kami gak bisa mudik ke Indonesia. Jika ditanya perasaan, pastinya sedih. Tahun kemarin kami juga tidak bisa mudik, tapi sempat berharap agar tahun depan aman dan bisa mudik. Ternyata masih belum aman. Jadi, ya sudah..," tutur Henny.

Henny Kusumawati dan Teguh Yulianto, warga Indonesia di Atlanta, Georgia, yang untuk kedua kalinya mengurungkan niatnya untuk mudik. (Foto: Henny Kusumawati/pribadi)

"Sedih, tapi mau apa lagi. Alhamdulillah masih bisa video call, meskipun tidak bisa bertemu secara fisik, tapi tetap bisa berkomunikasi," imbuhnya.

Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara dengan tingkat perebakan virus corona tertinggi di dunia, yaitu hampir 33 juta orang terjangkit dan lebih dari 581 orang meninggal dunia.

Lain halnya dengan Athira Farah Tirtadyani, mahasiswa strata satu di Université Grenoble-Alpes di Grenoble, sebuah kota di bagian tenggara Perancis. Athira memang tidak berencana pulang karena ingin menyelesaikan studinya dalam bidang “applied human sciences” terlebih dahulu. Namun, ia tetap merasa ada sesuatu yang hilang saat Idulfitri ini karena harus merayakannya seorang diri.

Diwawancarai seusai vaksinasi pada Rabu (12/5), Athira mengirim pesan ini untuk keluarganya di Indonesia.

Athira Farah Tirtadyani, mahasiswi Indonesia di Université Grenoble-Alpes di Grenoble, Perancis. Athira berharap bisa merayakan Idulfitri bersama keluarga, meski tidak berencana mudik. (Foto: Athira Farah Tirtadyani/koleksi pribadi)

“Saya memang tidak berencana mudik karena ingin menyelesaikan studi strata satu terlebih dahulu dan memang baru berencana pulang setelah studi selesai. Ditambah kondisi pandemi sekarang, semakin tidak memungkinkan untuk pulang. Tapi saya ingin sekali mengucapkan selamat Idulfitri untuk bapak dan ibu di Jakarta, juga saudara-saudara semua di Indonesia," kata Athira.

Pemerintah Indonesia memang sudah sejak jauh hari menyerukan warga untuk tidak mudik dulu guna mencegah perebakan lebih jauh COVID-19. Indonesia merupakan salah satu 20 negara di dunia dengan tingkat perebakan tertinggi, di mana hingga hari ini sudah lebih dari 1,7 juta orang tertular dan lebih dari 47 ribu orang meninggal dunia. [em/jm]