Pemberian ASI Lebih Lama Bisa Mencegah Endometriosis

Seorang perempuan sedang menyusui anaknya. (Foto:dok)

Sebuah studi baru menunjukkan, perempuan yang menyusui bayi mereka kemungkinan kecil untuk terkena kista pada endometriosis pada, dan semakin lama menyusui, semakin rendah risikonya.

"Bagi perempuan yang tertarik untuk mengurangi risiko endometriosis, menyusui merupakan salah satu cara yang potensial agar perempuan dapat mengurangi risikonya," Dr. Leslie V. Farland dari Harvard Medical School di Boston, salah satu penulis penelitian tersebut, mengatakan kepada Reuters dalam wawancara via telepon. "Saya pikir penelitian ini terbentuk dari apa yang sudah diketahui banyak orang, bahwa menyusui dapat bermanfaat bagi ibu dan anak.

Sekitar 10 persen perempuan di Amerika Serikat memiliki endometriosis. Endometriosis adalah berkembangnya jaringan rahim ke luar rahim, biasanya di daerah panggul, yang menyebabkan rasa sakit kronis di daerah pelvis dan bisa menimbulkanmasalah kesuburan. Tidak ada pengobatan untuk kondisi ini. Pengobatan yang dilakukan meliputi pereda nyeri, terapi hormon, pembedahan untuk menghilangkan jaringan rahim dan dalam beberapa kasus diharuskan menjalani histerektomi atau operasi pengangkatan rahim.

Dr. Farland dan timnya mengamati 72.394 perempuan yang berpartisipasi dalam Penelitian Perawat Kesehatan Perawat, yang telah hamil setidaknya enam bulan. Semua peserta tidak ada yang menderita endometriosis pada awal penelitian.

Selama ditindaklanjuti, 3.296 didiagnosis menderita endometriosis. Perempuan menyusui yang setidaknya selama tiga tahun masa reproduksi mereka, memiliki 40 persen lebih kecil kemungkinannya untuk menderita endometriosis dibandingkan mereka yang menyusui kurang dari sebulan. Pada basis pra-kehamilan, setiap tambahan tiga bulan menyusui berdampak pada 8 persen lebih rendahnya terkena risiko endometriosis.

Perempuan yang berhenti menstruasi selama 6 sampai 12 bulan setelah kelahiran, 42 persen lebih kecil kemungkinannya untuk terkena endometriosis. Dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah melewatkan masa menstruasi setelah kehamilan.

Tetapi paparan pada periode menstruasi yang lebih sedikit hanya mencakup beberapa efek perlindungan dari menyusui. Dr. Farland dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa perubahan hormonal yang dialami perempuan selama menyusui, termasuk kadar oksitosin yang lebih tinggi dan tingkat estrogen yang lebih rendah, juga dapat berperan.

"Hasil kami tidak digeneralisasikan untuk perempuan yang memiliki endometriosis sebelum hamil," kata Dr. Farland. Penelitian selanjutnya harus menyelidiki apakah menyusui dapat mengurangi gejalanya pada perempuan, tambahnya, dan mengklarifikasi mekanisme yang bertanggung jawab untuk efek perlindungan menyusui. [aa/fw]