Kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman pada hari Selasa (21/5) mengklaim bahwa mereka menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak Amerika di wilayah Arab yang miskin itu. Militer AS tidak segera mengakui klaim tersebut.
Jika benar, ini akan menjadi drone MQ-9 Reaper kedua yang ditembak jatuh oleh Houthi selama seminggu terakhir saat mereka melancarkan kampanye mereka terkait perang Israel-Hamas di Jalur Gaza.
Jumat lalu, Houthi mengklaim telah menembak jatuh sebuah drone Amerika di Provinsi Marib, beberapa jam setelah beredar rekaman online yang menunjukkan apa yang tampaknya merupakan puing-puing MQ-9 Reaper. Dan Sabtu pagi, sebuah kapal juga diserang di Laut Merah.
Juru bicara militer Houthi, Brigadir Jenderal Yahya Saree mengatakan pada hari Selasa bahwa pesawat tak berawak itu ditembak jatuh dengan rudal permukaan-ke-udara buatan lokal. Dia tidak mengatakan kapan serangan itu terjadi namun dia menduga pesawat tak berawak itu “melakukan misi permusuhan” di Provinsi Bayda, Yaman selatan.
Komando Pusat AS yang berbasis di Timur Tengah tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Associated Press mengenai insiden tersebut.
Sejak perang saudara Yaman dimulai pada tahun 2014, ketika Houthi merebut sebagian besar wilayah utara negara itu dan ibu kotanya Sanaa, militer AS telah kehilangan setidaknya lima drone di tangan pemberontak.
Reaper, yang masing-masing berharga sekitar $30 juta, dapat terbang pada ketinggian hingga 50.000 kaki dan memiliki daya tahan hingga 24 jam sebelum harus mendarat.
Kelompok Houthi juga meningkatkan serangan terhadap pelayaran di Laut Merah dan Teluk Aden, dan menuntut Israel mengakhiri perang di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 35.000 warga Palestina di sana.
BACA JUGA: Houthi Yaman Serang Kapal Berbendera Portugal di Laut ArabPerang itu dimulai setelah militan pimpinan Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang.
Houthi telah melancarkan lebih dari 50 serangan terhadap pelayaran, menyita satu kapal dan menenggelamkan kapal lainnya sejak November, menurut Administrasi Maritim AS.
Pengiriman dengan kapal melalui Laut Merah dan Teluk Aden menurun karena ancaman tersebut.
Pekan lalu, kelompok pemberontak itu mengklaim bahwa mereka menembakkan rudal ke kapal perusak Angkatan Laut AS di Laut Merah. Namun, militer AS mengatakan kapal perang tersebut mencegat rudal balistik antikapal tersebut. [ab/ns]