Pemberontak Pimpinan Al-Qaida Rebut Bandara dari Militer Suriah

Pangkalan udara militer Abu Duhur, provinsi Idlib, Suriah

Televisi pemerintah Suriah dan sebuah kelompok pengamat perang melaporkan, para pemberontak Islamis telah merebut sebuah pangkalan udara utama di propinsi Idlib, Suriah baratlaut.

Televisi pemerintah Suriah dan sebuah kelompok pengamat perang melaporkan, para pemberontak Islamis telah merebut sebuah pangkalan udara utama di propinsi Idlib, Suriah baratlaut.

Televisi pemerintah itu, Rabu (9/9), mengumumkan, militer mundur dari bandara militer Abu Duhur, dimana para ekstremis Islamis telah mengepung selama hampir dua tahun.

Kelompok Pengamat HAM Suriah yang berbasis di Inggris mengatakan, Fron al-Nusra yang berafiliasi dengan al-Qaida dan kelompok-kelompok Islamis yang menjadi sekutunya kini mengontrol hampir semua fasilitas itu.

Koalisi pemberontak yang menamakan diri mereka Tentara Penakluk itu mengambil alih kota Idlib, yang merupakan ibukota propinsi, dan beberapa wilayah lain sebelumnya tahun ini. Bandara itu merupakan kubu pertahanan terakhir militer Suriah di provinsi itu.

Perkembangan terbaru ini membangkitkan kembali pertanyaan berapa lama lagi pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad bisa bertahan.

Sekitar 250 ribu orang tewas selama perang saudara di Suriah yang telah berlangsung hampir lima tahun, yang juga telah memaksa lebih dari empat juta warga Suriah meninggalkan negara mereka.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia menegaskan untuk pertama kalinya hari Rabu bahwa para ahli militer Rusia berada di Suriah. Seorang juru bicara, Maria Zakharova, mengatakan, bahwa bantuan Rusia itu dimaksudkan untuk melawan meningkatnya ancaman teroris di Suriah dan Irak.

Amerika yang menentang Pemerintahan Assad, telah semakin mencurigai bahwa Rusia membantu pasukan pasukan Assad.