Pejuang-pejuang pemberontak Suriah mengatakan mereka telah mundur dari distrik Baba Amr di kota Homs yang terkepung, setelah serangan militer terus menerus selama satu bulan oleh pasukan keamanan Presiden Bashar Al-Assad. Pejuang pemberontak yang menyebut diri mereka “Brigade Revolusi Baba Amr” hari Kamis mengatakan mereka mundur untuk menyelamatkan sekitar empat ribu warga sipil yang tidak bersedia meninggalkan rumah mereka.
Pihak pemberontak mengatakan “strategi mundur” ini menggambarkan “memburuknya kondisi kemanusiaan, kurangnya pangan, obat-obatan dan air bersih, terputusnya aliran listrik dan komunikasi serta kekurangan senjata”.
Dalam sebuah pernyataan, pemberontak Baba Amr mengimbau Palang Merah Internasional untuk membawa pasokan-pasokan kemanusiaan ke daerah yang porak-poranda itu dan mengingatkan pemerintah bahwa “pembalasan apapun terhadap warga sipil akan mendapat reaksi keras” dari pasukan oposisi.
Badan Pemantau HAM Suriah di London mengatakan pasukan pro-Assad telah bergerak ke beberapa daerah perumahan dan memulai operasi razia dan penangkapan. Pasukan pemerintah hari Kamis dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 17 orang di distrik Baba Amr.
AFP mengutip pernyataan Komandan Tentara Pembebasan Suriah, Kolonel Riyadh al-Assad, yang mengatakan para pemberontak mundur secara taktis untuk melindungi warga sipil yang masih berada di kawasan yang telah mengalami bombardemen selama 27 hari berturutan itu.
Di Paris, ketua kelompok oposisi, Dewan Nasional Suriah, Burhan Ghalioun, mengatakan kepada wartawan, kelompok itu telah membentuk dewan militer untuk mengorganisasikan perlawanan militer terhadap pemerintah Assad. Ia mengatakan, langkah itu dikoordinasikan dengan pasukan bersenjata oposisi di Suriah, termasuk Tentara Pembebasan Suriah.
Sementara itu, Dewan HAM PBB telah mengutuk apa yang disebut pelanggaran HAM yang luas dan sistematis oleh pemerintah Suriah dan menyerukan kembali perlunya kesegeraan untuk mengatasi situasi kemanusiaan di Suriah.