Awal Februari lalu di provinsi Idlib yang dikuasai pembrontak terjadi gempa bumi mematikan . Gema bumi di perbatasan Turki-Suriah ini menghancurkan sistem medis yang sudah melemah akibat perang saudara selama bertahun-tahun. Pemimpin pemberontak memperingatkan, obat-obatan hampir habis karena banyak korban gempa menghadapi ancaman penyakit dan infeksi.
Para dokter di rumah sakit Sham setiap hari berjuang mempertaruhkan hidup dan mati. Bahkan sebelum gempa bumi, rumah sakit berjuang untuk bertahan setelah lebih dari 10 tahun perang saudara.
Rumah sakit Sham rusak parah akibat gempa tetapi masih bertahan. Namun kehilangan staf beserta peralatan berharga akibat gempa.
Ini adalah kisah yang terulang di seluruh provinsi Idlib Suriah yang dikuasai pemberontak. Kini persediaan obat-obatan hampir habis.
Your browser doesn’t support HTML5
Direktur Kesehatan Provinsi Idlib, Dokter Zuhair Al-Qurat mengatakan, “Dalam 12 jam pertama setelah gempa, persediaan medis habis. Jadi, kami harus mulai mengandalkan badan dan organisasi lokal dan bahkan donor individu untuk mendapat obat guna menyelamatkan mereka yang terluka. Pada hari kelima atau keenam, bantuan mulai masuk, namun selama ini semua yang masuk hanya mencakup 10 sampai 15% dari kebutuhan kami.”
Tetapi ada beberapa berita positif: dua gerbang perbatasan baru dari Turki ke provinsi Idlib telah dibuka untuk penyeberangan ke Bab Al Hawa, sehingga penyaluran pasokan yang sangat dibutuhkan dapat berlangsung lebih cepat. [ps/jm]