Pemberontak Tuareg dan kelompok militan Islamis bergabung dan mengatakan akan mengubah wilayah Mali utara menjadi sebuah negara Islamis merdeka.
Gerakan Nasional Pembebasan Azawad, disingkat MNLA, dan sekte Islamis Ansar Dine, yang terkait dengan al-Qaida, telah menggabungkan pasukan tentara mereka dan menyatukan tujuan mereka. Mereka mengatakan akan bekerjasama untuk menciptakan negara Islam independen di kawasan Mali utara sekarang ini. Kedua kelompok tersebut menandatangani persetujuan Sabtu petang, di kota Gao yang diduduki, di mana Isa Idrissa Maiga mengoperasikan sebuah stasiun radio lokal.
Kata Maiga, orang-orang bersenjata membuat penduduk terjaga, dengan mengadakan perayaan dan menembakkan peluru ke udara selama dua jam. Ia menambahkan, kota itu tenang hari Minggu ini dan penduduk hanya berjaga dan menanti. Menurutnya, kedua kelompok ini memiliki pandangan yang berlawanan dan sejumlah warga kota curiga persetujuan itu adalah usaha untuk konsolidasi
kekuasaan di wilayah itu.
Pengumuman hari Sabtu tersebut lebih merupakan usaha menyelamatkan muka bagi kedua kelompok. Mereka melancarkan serangan bersamaan pada hari-hari yang kacau menyusul kudeta militer pada tanggal 22 Maret di wilayah selatan, walaupun masing-masing memiliki tujuan yang sangat berbeda.
MNLA menyatakan wilayah itu sebagai negara Azawad merdeka dan sekuler pada tanggal 5 April lalu. Kelompok tadi bertekad akan memerangi para pedagang manusia dan teroris yang disebut “al-Qaida of the Islamic Maghreb,” dikenal sebagai AQIM. AQIM telah mengacau wilayah itu selama beberapa tahun belakangan ini.
Ansar Dine, yang bersekutu dengan AQIM, menampik seruan untuk merdeka, malahan ingin memberlakukan syari’ah Islam di kawasan itu. Sebagian kalangan di Mali berharap pertarungan kekuasaan antara kedua pasukan pendudukan itu akan melemahkan cengkeraman mereka terhadap wilayah itu. Persekutuan yang diumumkan hari Sabtu itu tampaknya meluluhkan prospek tersebut.
Blok regional Afrika Barat, ECOWAS, telah menawarkan untuk menggelar pasukan pemelihara perdamaian regional di Mali. Militer negara, yang sudah tak mampu menghentikan pemberontakan di utara itu, awal tahun ini, telah menjadi porak-poranda setelah berlangsung kudeta.
Masa depan pemerintahan sementara di Bamako tetap tidak menentu. Presiden Sementara Diouncounda Traore berada di Paris, dirawat setelah dipukuli para pemrotes di kantornya seminggu lalu. Pemerintah sementara dan masyarakat internasional telah menolak konsep negara merdeka di Mali utara.
Kata Maiga, orang-orang bersenjata membuat penduduk terjaga, dengan mengadakan perayaan dan menembakkan peluru ke udara selama dua jam. Ia menambahkan, kota itu tenang hari Minggu ini dan penduduk hanya berjaga dan menanti. Menurutnya, kedua kelompok ini memiliki pandangan yang berlawanan dan sejumlah warga kota curiga persetujuan itu adalah usaha untuk konsolidasi
kekuasaan di wilayah itu.
Pengumuman hari Sabtu tersebut lebih merupakan usaha menyelamatkan muka bagi kedua kelompok. Mereka melancarkan serangan bersamaan pada hari-hari yang kacau menyusul kudeta militer pada tanggal 22 Maret di wilayah selatan, walaupun masing-masing memiliki tujuan yang sangat berbeda.
MNLA menyatakan wilayah itu sebagai negara Azawad merdeka dan sekuler pada tanggal 5 April lalu. Kelompok tadi bertekad akan memerangi para pedagang manusia dan teroris yang disebut “al-Qaida of the Islamic Maghreb,” dikenal sebagai AQIM. AQIM telah mengacau wilayah itu selama beberapa tahun belakangan ini.
Ansar Dine, yang bersekutu dengan AQIM, menampik seruan untuk merdeka, malahan ingin memberlakukan syari’ah Islam di kawasan itu. Sebagian kalangan di Mali berharap pertarungan kekuasaan antara kedua pasukan pendudukan itu akan melemahkan cengkeraman mereka terhadap wilayah itu. Persekutuan yang diumumkan hari Sabtu itu tampaknya meluluhkan prospek tersebut.
Blok regional Afrika Barat, ECOWAS, telah menawarkan untuk menggelar pasukan pemelihara perdamaian regional di Mali. Militer negara, yang sudah tak mampu menghentikan pemberontakan di utara itu, awal tahun ini, telah menjadi porak-poranda setelah berlangsung kudeta.
Masa depan pemerintahan sementara di Bamako tetap tidak menentu. Presiden Sementara Diouncounda Traore berada di Paris, dirawat setelah dipukuli para pemrotes di kantornya seminggu lalu. Pemerintah sementara dan masyarakat internasional telah menolak konsep negara merdeka di Mali utara.