Para pemimpin tertinggi Afghanistan hari Kamis (27/8) mengumumkan pembicaraan damai dengan pemberontak Taliban yang didukung AS akan dimulai minggu depan untuk merundingkan penyelesaian politik atas konflik yang lama berlangsung di negara itu.
Dialog yang diusulkan berawal dari perjanjian penting dengan Taliban yang di tengahi Amerika pada bulan Februari untuk mendorong perundingan penyelesaian bagi perang Afghanistan yang merupakan intervensi militer luar negeri AS terlama. Abdullah Abdullah, yang memimpin Dewan Tinggi Negara untuk Rekonsiliasi Nasional, dalam sebuah seminar di Kabul mengatakan timnya "sangat siap" untuk memasuki apa yang disebutnya perundingan intra-Afghanistan.
BACA JUGA: Tim Politik Taliban Tiba di Pakistan, Bahas Perdamaian AfghanistanBeberapa jam kemudian, Menteri Luar Negeri Afghanistan Haneef Atmar mengonfirmasi dalam sebuah forum online di Washington bahwa pemerintahnya akhirnya bertindak untuk menyelesaikan perselisihan mengenai pertukaran tahanan yang sebelumnya menghambat ikutnya Taliban dalam pembicaraan.
“Kami optimis minggu depan akan membuat kemajuan besar dalam hal ini. Rintangan terakhir dalam pembebasan narapidana berhasil diatasi. Jadi, semoga kami akan segera menyelesaikan semua rintangan awal yang menghalangi negosiasi perdamaian, ”kata Atmar dalam pidatonya di Institut Perdamaian AS.
Atmar mengatakan "sangat optimis" tidak akan ada rintangan lebih jauh menjelang perundingan itu. Ia juga berharap Taliban memenuhi janjinya bahwa para tahanan yang dibebaskan tidak akan kembali ke medan perang, dengan mengatakan para narapidana itu adalah kelompok orang yang "sangat berbahaya". [my/ii]