Pembicaraan Ukraina-Rusia: Kesepakatan Damai atau Lebih Banyak Pertempuran?

Ilustrasi bendera Rusia dan Ukraina yang diambil pada 25 Januari 2022. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)

Rusia dan Ukraina sedang membicarakan kesepakatan damai sementara tentara mereka saling membunuh setelah invasi Rusia berlangsung sejak 24 Februari lalu. Namun masalah wilayah dapat menenggelamkan peluang kesepakatan untuk mengakhiri perang.

Turki, yang mencoba menengahi, mengatakan kedua pihak hampir mencapai kesepakatan mengenai isu-isu kritis. Inggris telah memperingatkan bahwa Presiden Vladimir Putin dapat menggunakan pembicaraan damai sebagai tabir untuk mengumpulkan kembali pasukan Rusia.

Putin mengatakan "operasi militer khusus" di Ukraina diperlukan karena Amerika Serikat menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia dan Moskow harus bertahan melawan "genosida" orang-orang berbahasa Rusia yang dilakukan Kyiv.

BACA JUGA: Sekjen PBB: Saatnya Negosiasi Perang yang 'Tidak Dapat Dimenangkan'

Ukraina mengatakan sedang memperjuangkan eksistensinya dalam melawan perampasan tanah gaya kekaisaran Rusia dan bahwa klaim genosida Putin adalah omong kosong.

Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia yang menurut Kremlin pemberian sanksi tersebut sama dengan deklarasi perang ekonomi yang digencarkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya. China telah menyerukan untuk tenang.

Apa Isu Utama?

1. Wilayah: Bagian terberat dari pembicaraan.

Rusia mencaplok Krimea pada 2014 dan pada 21 Februari mengakui dua wilayah pemberontak yang didukung Rusia di Ukraina timur sebagai negara merdeka.

Sejak invasi tersebut, pasukan Rusia telah menguasai sebagian besar wilayah di sisi selatan Ukraina di utara Krimea, area di sekitar wilayah pemberontak dan di timur dan barat Kyiv.

Presiden Rusia Vladimir Putin melambai saat konser menandai ulang tahun kedelapan pencaplokan Krimea oleh Rusia di stadion Luzhniki di Moskow pada 18 Maret 2022. (Foto: AFP/Ramil Sitdikov)

Rusia memiliki setidaknya 170.000 kilometer persegi wilayah lainnya.

Ukraina telah mengatakan tidak akan pernah mengakui kendali Rusia atas Krimea, kemerdekaan wilayah pemberontak yang didukung Rusia atau wilayah tambahan yang luas yang diambil oleh Rusia.

"Posisi kami tidak berubah," kata perunding Ukraina Mykhailo Podolyak. Dia mengatakan Ukraina bersikeras pada gencatan senjata, penarikan pasukan Rusia dan jaminan keamanan yang kuat.

Pejabat Ukraina mengatakan mereka tidak akan menerima pencaplokan wilayahnya atau mengakui wilayah pemberontak yang didukung Rusia di Luhansk dan Donetsk.

Pengakuan tentang kedaulatan Rusia yang efektif hingga sepertiga wilayahnya akan sulit bagi pemimpin Ukraina mana pun.

BACA JUGA: Zelenskyy Siap Berunding dengan Putin

Bagi Moskow, pengakuan Ukraina atas kendali Rusia atas Krimea, wilayah pemberontak dan mungkin petak tanah utara Krimea yang memberinya jembatan darat ke Krimea dan kontrol atas pasokan air minum untuk semenanjung itu, akan menjadi penting.

Wilayah di sepanjang sisi selatan Ukraina sangat menarik bagi Rusia karena area tersebut pernah ditambahkan ke wilayah kekuasaan Rusia pada 1783 oleh Permaisuri Rusia Catherine the Great setelah runtuhnya Kekaisaran Ottoman.

2. Netralitas: Rusia menginginkan Ukraina menjadi negara netral.

Kepala perunding Rusia Vladimir Medinsky mengatakan Ukraina telah disarankan agar dapat menjadi negara netral seperti Austria atau Swedia, tetapi dengan tentaranya sendiri. Kyiv telah membantah karakterisasi itu.

Presiden Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. (Foto: AP)

Tidak jelas bagaimana netralitas itu terlihat. Ketika Uni Soviet runtuh, parlemen Ukraina dalam Deklarasi Kedaulatan Negara pada 1990 menyatakan niatnya untuk menjadi negara netral secara permanen.

Medinsky mengatakan ada diskusi tentang seberapa besar tentara Ukraina.

Putin mengatakan pada Februari bahwa dia menginginkan jaminan tertulis bahwa Ukraina tidak akan pernah bergabung dengan aliansi militer NATO. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan negaranya tidak akan segera menjadi anggota NATO karena anggota NATO tidak akan menerima Ukraina.

Rusia juga telah berulang kali menyuarakan keprihatinan tentang Ukraina yang mengembangkan senjata nuklir. Dalam Memorandum Budapest 1994, Amerika Serikat, Rusia dan Inggris memberikan jaminan keamanan kepada Ukraina sebagai imbalan atas kepatuhan Kyiv terhadap Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir.

BACA JUGA: Analisis: Krisis Ukraina Tata Ulang Aliran Energi Global

3. Hak Rusia

Status bahasa Rusia dan orang-orang berbahasa Rusia di Ukraina adalah masalah besar bagi Moskow. Sebuah undang-undang yang disahkan oleh Ukraina pada 2019 memberikan status khusus untuk bahasa Ukraina dan menjadikannya wajib bagi pekerja sektor publik.

Undang-undang mewajibkan semua warga negara untuk mengetahui bahasa Ukraina dan menjadikannya persyaratan wajib bagi pegawai negeri, tentara, dokter, dan guru.

4) Denazifikasi

Putin mengatakan Ukraina telah mengizinkan kelompok-kelompok mirip Nazi untuk melakukan "genosida" terhadap komunitas berbahasa Rusia di Ukraina.

Dibentuk pada tahun 2014 dari sukarelawan yang berperang melawan daerah pemberontak yang didukung Rusia, para pendirinya telah menyatakan pandangan supremasi kulit putih sayap kanan yang ekstrem dan pandangan anti-Semit. Batalyon Azov tidak membalas permintaan komentar.

Petugas pemadam berusaha memadamkan api di sebuah gedung setelah pemboman di kota Chuguiv di Ukraina, 24 Februari 2022, saat Rusia mencoba menyerang Ukraina. (Foto: AFP/Aris Messinis)

Pembantu presiden Ukraina telah berulang kali menyebutkan peran Azov dalam pertahanan kota pelabuhan Mariupol di mana ia berada.

Ukraina menolak klaim genosida semacam itu terhadap penutur bahasa Rusia. Zelenskyy mengatakan Rusialah yang berperilaku seperti Nazi dengan menyebabkan kehancuran di kota-kota Ukraina.

Siapa yang Berbicara dan Bagaimana?

Pembicaraan tentang upaya untuk mengakhiri konflik dimulai pada 28 Februari, empat hari setelah Putin memerintahkan pasukan menyerbu Ukraina. Beberapa pembicaraan telah dilakukan secara langsung di perbatasan Belarusia atau di Belarus, sementara yang lain dilakukan melalui konferensi video.

Tim perunding Rusia dipimpin oleh penasihat presiden Rusia Medinsky, seorang Rusia yang lahir di Soviet Ukraina tetapi yang menyebut Ukraina modern sebagai "hantu sejarah" karena "yang disebut sejarah Ukraina tidak hanya terkait erat dengan sejarah seribu tahun Rusia/Uni Soviet, tetapi itu adalah sejarah Rusia itu sendiri.”

Delegasi dari Rusia dan Ukraina mengadakan pembicaraan dekat perbatasan Polandia-Belarusia, 7 Maret 2022. (Foto: via AP)

Dia mengatakan minggu lalu ada beberapa kemajuan.

Turki sedang mencoba untuk mendorong kedua belah pihak bersama-sama seperti halnya Israel.

Zelenskyy menyerukan pada Sabtu untuk mengadakan pembicaraan damai yang komprehensif dengan Moskow.

Rusia mengatakan tidak akan ada pertemuan antara Putin dan Zelenskiy sampai ada kesepakatan yang harus disepakati. [ah/rs]