Penyerang bunuh diri menewaskan sedikitnya 75 orang di sebuah gereja di barat laut Pakistan, dan melukai 120 orang lainnya.
ISLAMABAD —
Setidaknya sudah 75 orang tewas dan lebih dari 120 orang luka-luka dalam serangan bunuh diri terhadap gereja di Pakistan baratlaut. Sejumlah perempuan dan anak-anak ikut menjadi korban kekerasan hari Minggu, yang digambarkan sebagai serangan paling mematikan terhadap minoritas Kristen di negara itu.
Polisi Pakistan mengatakan ratusan jemaah sedang keluar dari gedung gereja di pusat kota Peshawar setelah kebaktian pagi, ketika dua pembom bunuh diri menyerang mereka satu demi satu.
Ledakan kuat itu dikatakan langsung menewaskan banyak orang. Saksi mata mengungkapkan orang-orang berteriak minta tolong, sementara potongan mayat manusia berserakan di gereja.
Para korban menangis dan mencari anggota keluarga, sambil mengutuk pihak berwenang yang tidak menyediakan keamanan memadai untuk gereja.
Petugas penyelamat bergegas ke tempat kejadian untuk mengangkut korban ke rumahsakit terdekat, Lady Reading Hospital, di mana dokter mengaku kesulitan menyelamatkan nyawa sejumlah orang yang dalam kondisi "kritis."
Seorang perempuan Pakistan mengatakan kepada wartawan di luar gereja, sepupunya, kakak dan keponakan laki-lakinya berada dalam gereja ketika serangan terjadi, tetapi dia tidak bisa menemukan satu pun dari mereka.
Seorang laki-laki berdiri di dekatnya, memegang botol susu bayi, dan mengatakan pamannya dan keluarganya yang lain juga hilang.
Sementara seorang pria Pakistan mengatakan, umat Kristen di sana adalah komunitas yang damai dan tidak mengganggu atau menyiksa siapa pun, tetapi mereka tetap menjadi sasaran kekejaman ini.
Taliban Pakistan, yang melancarkan pemberontakan berdarah di Pakistan, sering menjadikan masjid dan tempat ibadah sebagai sasaran serangan selain serangan mematikan terhadap pasukan keamanan. Kekerasan itu telah menewaskan ribuan orang di seluruh negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
Perdana Menteri Nawaz Sharif mengutuk pemboman gereja itu, dengan mengatakan "teroris ini tidak beragama dan menarget orang yang tidak bersalah bertentangan dengan ajaran Islam dan semua agama."
Pemerintahan Sharif sedang mengupayakan kesepakatan damai yang kontroversial dengan militan Taliban Pakistan guna mencoba mengakhiri kekerasan ekstrimis yang melanda negara itu.
Pakar masalah pertahanan dan keamanan Ikram Sehgal percaya upaya melibatkan militan dalam pembicaraan hanya akan membantu ekstrimis berkumpul kembali.
Walau menyambut tawaran pembicaraan damai, militan Taliban menuntut pembebasan semua anggota mereka yang ditahan dan penarikan pasukan dari sabuk kesukuan di Pakistan baratlaut, yang dikenal sebagai tempat persembunyian militan, sebelum mereka ikut dalam pembicaraan apapun dengan pemerintah.
Polisi Pakistan mengatakan ratusan jemaah sedang keluar dari gedung gereja di pusat kota Peshawar setelah kebaktian pagi, ketika dua pembom bunuh diri menyerang mereka satu demi satu.
Ledakan kuat itu dikatakan langsung menewaskan banyak orang. Saksi mata mengungkapkan orang-orang berteriak minta tolong, sementara potongan mayat manusia berserakan di gereja.
Para korban menangis dan mencari anggota keluarga, sambil mengutuk pihak berwenang yang tidak menyediakan keamanan memadai untuk gereja.
Petugas penyelamat bergegas ke tempat kejadian untuk mengangkut korban ke rumahsakit terdekat, Lady Reading Hospital, di mana dokter mengaku kesulitan menyelamatkan nyawa sejumlah orang yang dalam kondisi "kritis."
Seorang perempuan Pakistan mengatakan kepada wartawan di luar gereja, sepupunya, kakak dan keponakan laki-lakinya berada dalam gereja ketika serangan terjadi, tetapi dia tidak bisa menemukan satu pun dari mereka.
Seorang laki-laki berdiri di dekatnya, memegang botol susu bayi, dan mengatakan pamannya dan keluarganya yang lain juga hilang.
Sementara seorang pria Pakistan mengatakan, umat Kristen di sana adalah komunitas yang damai dan tidak mengganggu atau menyiksa siapa pun, tetapi mereka tetap menjadi sasaran kekejaman ini.
Taliban Pakistan, yang melancarkan pemberontakan berdarah di Pakistan, sering menjadikan masjid dan tempat ibadah sebagai sasaran serangan selain serangan mematikan terhadap pasukan keamanan. Kekerasan itu telah menewaskan ribuan orang di seluruh negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
Perdana Menteri Nawaz Sharif mengutuk pemboman gereja itu, dengan mengatakan "teroris ini tidak beragama dan menarget orang yang tidak bersalah bertentangan dengan ajaran Islam dan semua agama."
Pemerintahan Sharif sedang mengupayakan kesepakatan damai yang kontroversial dengan militan Taliban Pakistan guna mencoba mengakhiri kekerasan ekstrimis yang melanda negara itu.
Pakar masalah pertahanan dan keamanan Ikram Sehgal percaya upaya melibatkan militan dalam pembicaraan hanya akan membantu ekstrimis berkumpul kembali.
Walau menyambut tawaran pembicaraan damai, militan Taliban menuntut pembebasan semua anggota mereka yang ditahan dan penarikan pasukan dari sabuk kesukuan di Pakistan baratlaut, yang dikenal sebagai tempat persembunyian militan, sebelum mereka ikut dalam pembicaraan apapun dengan pemerintah.