Pembunuhan Anak-Anak Sekolah Picu Kemarahan Terhadap Serangan Udara Atas Yaman

  • Cindy Saine

Warga berkumpul di sekitar lokasi yang terdampak serangan udara di Saada, Yaman, 10 Agustus 2018. (Foto: dok).

Serangan udara oleh koalisi pimpinan Saudi menewaskan sedikitnya 40 anak di Yaman utara Utara pekan lalu, sehingga memicu kemarahan internasional. Departemen Luar Negeri Amerika telah meminta koalisi negara-negara Teluk Arab Teluk untuk menyelidiki insiden itu, yang merupakan salah satu yang paling mematikan dalam perang tiga tahun di sana. Dewan Keamanan PBB juga menyerukan penyelidikan yang kredibel dan transparan. Koresponden VOA, Cindy Saine, melaporkan dari Departemen Luar Negeri AS.

Anak-anak Yaman itu sedang dalam perjalanan kembali dari piknik sekolah musim panas ketika bus yang mereka tumpangi diserang oleh sebuah rudal di Saada, Yaman. Sedikitnya 50 orang, kebanyakan anak-anak, tewas dalam serangan itu dan 77 lainnya terluka.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Heather Nauert mengatakan Amerika menganggap semua laporan yang kredibel tentang korban sipil itu dengan serius.

“Kami telah mengimbau agar koalisi pimpinan Saudi menyelidiki terjadinya korban sipil sebagai akibat dari serangan udara itu. Menteri Pertahanan Jim Mattis telah berbicara tentang hal ini. Menhan mengirim seorang jenderal bintang tiga ke Arab Saudi untuk mendiskusikan insiden tersebut dengan pemerintah Saudi dan mendorong mereka agar menyelidikinya,” jelasnya.

Heather Nauert menegaskan bahwa Menteri Luar Negeri Mike Pompeo berbicara dengan Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman melalui telepon tentang insiden itu, tetapi menolak untuk memberikan rincian.

Para pengamat mengatakan kejadian minggu lalu itu bukan yang pertama ketika orang-orang yang tidak berdosa terbunuh di Yaman dalam serangan udara Saudi yang salah sasaran. Konflik bermula ketika pemberontak Houthi yang didukung oleh Iran merebut ibukota Yaman Sanaa pada tahun 2014.

Aaron David Miller, pakar politik Timur Tengah di Woodrow Wilson Center, sebuah lembaga riset kebijakan nasional dan internasional di Washington, D.C., berbicara kepada VOA.

“Faktanya adalah, mereka tidak bisa beroperasi dengan cara demikian dan berharap akan memenangkan perang. Mereka bahkan tidak dapat mengharapkandan serangan terhadap Hodeidah menegaskannya bahwa penggunaan tekanan militer akan mendorong pemberontak Houthi bersedia berunding. Upaya itu juga tidak jalan, dan Amerika memungkinkannya,” kata Aaron D.Miller.

Dewan Keamanan PBB telah menyerukan penyelidikan yang “kredibel dan transparan” atas serangan udara itu.

Stephane Dujarric, juru bicara PBB, mengatakan, “Apa yang ingin kami lihat adalah berhentinya pertempuran. Apa yang ingin kita lihat adalah berakhirnya penderitaan kemanusiaan. Apa yang ingin kita saksikan adalah penghentian jatuhnya korban sipil, yang terus berlanjut, dalam krisis kemanusiaan buatan manusia.”

Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik di yaman Yaman telah diundang untuk duduk dan berbicara satu sama lain di Jenewa pada tanggal 6 September mendatang, yang akan ditengahi oleh Martin Griffiths, Utusan Khusus PBB untuk Yaman. [lt/uh]