Pembunuhan kepala politik Hamas di Teheran, Rabu (31/7) telah mendorong para penentang penguasa Islamis Iran untuk mengejek mereka secara luas di media sosial dan menyatakan dukungan mereka terhadap Israel, yang dituduh oleh Hamas dan Iran telah melakukan serangan tersebut.
Ismail Haniyeh tewas dalam serangan sebelum fajar di sebuah kediaman di Teheran, tempat ia melakukan perjalanan untuk menghadiri pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada hari sebelumnya.
Israel tidak membenarkan atau membantah bertanggung jawab atas serangan terhadap pemimpin senior Hamas itu, yang oleh Amerika Serikat ditetapkan sebagai kelompok teroris.
“Saya telah melihat banyak komentar di X dan Instagram dari pengguna media sosial Persia yang senang dengan pembunuhan Haniyeh,” kata Beni Sabti, seorang peneliti Israel Persia di Institut Studi Keamanan Nasional di Universitas Tel Aviv, dalam sebuah wawancara denganVOA.
Banyak orang Iran yang menentang Republik Islam telah lama mengkritik para pemimpin otoriternya karena mengirim uang dan senjata ke kelompok-kelompok proksi regional seperti Hamas daripada menginvestasikan sumber daya nasional di dalam negeri.
Para kritikus tersebut membanjiri media sosial dengan unggahan berbahasa Persia yang merayakan kematian Haniyeh dan merujuknya dengan tagar Persia untuk “cutlet,” hidangan populer Persia berupa potongan daging cincang.
Kayhan London, situs berita Persia yang berkantor di Inggris, mengunggah gambar kartunisnya yang menggambarkan Haniyeh memeluk Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, sementara tangan yang mewakili Israel melukis sasaran merah di punggung Haniyeh. Pemimpin Hamas yang terbunuh itu telah memeluk Khamenei dalam sebuah pertemuan sehari sebelumnya.
Kayhan London Nazenin Ansari mengatakan kepada VOA, ia melihat pengguna media sosial Persia mengejek para pendukung Republik Islam Iran karena mengunggah pesan berkabung atas kematian Haniyeh.
Saluran Instagram Persia milik pemerintah Israel "israelinpersian” juga menarik interaksi positif yang kuat dari 1,5 juta pengikutnya. Setelah pembunuhan Haniyeh, akun tersebut menerbitkan gambar kepalan tangan terangkat yang dilukis dengan bendera Israel, dengan pesan yang menyertainya berbunyi: “Israel adalah rumah kami, dan kami akan tinggal di sini.”
Gambar tersebut menarik 32.000 like dalam tiga jam pertama setelah diunggah, jauh lebih cepat daripada postingan lain di akun israelinpersian dalam dua minggu sebelumnya. Sabti mengatakan masih terlalu dini untuk menyatakan apakah banjir postingan Persia yang mendukung Israel dan mengejek Republik Islam Iran itu berarti pengguna media sosial di Iran siap untuk kembali melakukan protes antipemerintah secara nasional yang telah terhenti sejak awal 2023.
“Kita tidak dapat mengharapkan meletusnya protes dalam waktu dekat, karena Korps Garda Revolusi Islam (Islamic Revolutionary GuardCorps/IRGC) siap menghadapi kerusuhan internal seperti yang telah dilakukan sebelumnya,” katanya. Sabti mencatat bahwa IRGC menahan beberapa warga Iran setelah mereka merayakan di jalan-jalan dengan permen dan kembang api, ketika Presiden Ebrahim Raisi meninggal dalam kecelakaan helikopter pada bulan Mei. “Saya pikir ekspresi perayaan akan terbatas di media sosial untuk saat ini,” kata Sabti. [lt/ps]