Untuk mencegah semakin meningkatnya gangguan keamanan di Jakarta dan sekitarnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun keamanan di DKI berbasis teknologi melalui 'Jakarta Smart City'.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di markas Kepolisian Daerah Metro Jaya Selasa (3/2) menjelaskan, hingga akhir tahun ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan memasang lebih kurang 2.500 unit CCTV (Closed Circuit Television) atau kamera video digital yang difungsikan untuk memantau aktifitas warga Jakarta dan sekitarnya. Hal ini menurut Ahok diperlukan diantaranya agar aparat keamanan dapat dengan mudah mendeteksi tingkat kerawanan suatu wilayah di Jakarta.
Upaya pengamanan Jakarta dan sekitarnya ini tambah Ahok melibatkan tiga intansi yaitu Pemprov DKI, Polda Metro jaya dan Kodam Jaya.
"Trus kita pasang CCTV. Ini sampai akhir tahun bisa mencapai 2.500 unit CCTV. Kita juga sudah kasih 326 kendaraan motor patroli ke Brigif TNI yang kemudian terpantau di CCTV. Konsep ‘Smart City’ kita juga sudah jalan, melalui RT/RW. Pantauan melalui Google street juga sudah jalan. Ditambah dengan kepolisian berbasis dasar RT/RW. Jadi kita tiga mitra, TNI, kepolisian dan Pemda," jelas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Ditambahkan Ahok, setiap bulan antara Pemprov DKI, Polda Metro Jaya dan Kodam Jaya akan melakukan pertemuan koordinasi seputar masalah keamanan. Pemprov DKI memastikan untuk keamanan warga kota Jakarta dan sekitarnya. Ia menegaskan, jika diperlukan, pelaku kejahatan akan ditembak di tempat.
"Saya ingin 10 juta penduduk DKI ini otaknya penuh, perutnya penuh dan dompetnya penuh. Kalau ada 2.000 orang yang membahayakan 10 juta orang ini, saya akan peringati kita tangkap. Tapi kalau dia membahayakan petugas, ya kita lumpuhkan," jelas Ahok.
"Ya... tembak kaki dulu. Kalau kurang tepat kemudian kena kepala ya bukan salah kita. Kadang-kadang kan pistol loncat ke atas. Kita harus yakinkan warga Jakarta dan sekitarnya ini bahwa Anda aman," tegasnya.
Pemprov DKI Jakarta lanjut Ahok juga tengah melakukan identifikasi tingkat sosial masyarakat. Hal ini dilakukan selain untuk data kependudukan, juga untuk memecahkan problematika kemiskinan yang diperkirakan salah satunya sebagai pemicu munculnya kriminalitas.
"RT/RW tiap hari harus lapor 3 kali. Sehingga kita tahu dimana titik rawan. Saya berpandangan selama kawasan kumuhnya tidak ada karena sudah dipindahkan ke rusun, kita kontrolnya lebih gampang. Jadi kita sekarang mulai mengenali siapa warga kita. Saya sudah punya data. Jadi kita ingin identifikasi melalui tiga mitra ini sampai orangnya siapa. Jadi kita tau persis siapa yang ekonominya bermasalah," tambah Ahok.
Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono menjelaskan, Polda Metro Jaya melakukan penguatanan pengamanan melekat melalui pos-pos polisi di setiap sudut Jakarta, diantaranya dengan penempatan personil Brimob bersenjata lengkap.
"Yang kita gelar sekarang ini itu pos-pos pantau. Bisa di liat pos-pos polisi yang ada di jalan saat ini kita lapis. Ada polisis lalu lintas, ada sabhara, dan ada brimob. Brimob ini kita lengkapi dengan senjata api, lengkap dengan peluru hampa, karet dan tajam," kata Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Unggung Cahyono.
Sementara itu Panglima Komando Daerah Militer Jakarta Raya Mayor Jenderal Agus Sutomo menjelaskan, TNI mulai dari level bawah hingga atas bersinergi dengan pemerintah daerah dan kepolisiandalam memantau kondisi keamanan warga Jakarta.
"Tri pilar itu terdiri dari Babinsa, Babinkamtibmas serta Lurah. Mereka bersama di lapangan, sebagai ujung tombak kita untuk memantau wilayahnya. Dan secara berjenjang mereka lapor ke atasannya. Babinsa itu laporan ke atasannya sampai ke Pangdam Jaya. Dan akhirnya Pangdam keluarkan kebijakan setelah mendapatkan laporan untuk kemudian dilaporkan ke kepolisian. Jadi intinya kami memberi bantuan ke kepolisian terkait langlah-langkah pencegahan (munculnya kejahatan)," jelas Panglima Komando Daerah Militer Jakarta Raya Mayor Jenderal Agus Sutomo.
Kepolisian Daerah Metro Jaya sejak awal Januari 2015 melakukan 3 operasi pengamanan. Dari data terakhir, untuk Operasi 'Bina Kusuma', polisi menyita 4 pucuk senjata api, 71 bilah senjata tajam, 88 unit motor, 20 unit mobil, 99 unit ponsel dan 14.319 botol minuman keras.
Sementara itu, untuk Operasi 'Cipta Kondisi' yang dilakukan setiap malam di Jakarta, polisi menyita 183,76 gram sabu, 1,2 ton ganja, 217 butir ekstasi, 21 bilah senjata tajam, 10 unit motor, 5 unit mobil, 11 pucuk senjata api rakitan dan 195 botol minuman keras.
Selanjutnya untuk Operasi 'Jaya 21' berhasil disita 15 pucuk senjata api (satu di antaranya senjata api organik), 46 buah peluru, 4 bilah senjata tajam, 6 buah kunci letter T, pisau komando satu bilah, 8 buah mata kunci, 26 unit motor, 3 buah telepon seluler.
Untuk kasus narkoba yang berhasil diungkap, ada 532 tersangka ditahan dari 445 kasus, dengan barang bukti 264,8 gram sabu, 264,8 Kg serbuk heroin dan 12.303 butir ekstasi.
Sebelumnya, Survei Indeks Kota Teraman di Dunia 2015 yang dirilis majalah Economist Intelligence Unit (EIU) menempatkan Jakarta sebagai kota paling tidak aman. Dari 50 peringkat indeks tersebut, Jakarta menempati urutan terbawah dengan skor 53,71. Survei itu juga menempatkan Kota Tokyo, Jepang, sebagai kota teraman dengan skor 85,63.
Selain Jakarta, kota-kota yang dinyatakan tingkat keamanannya rendah antara lain Teheran (Iran), Ho Chi Minh (Vietnam), Johannesburg (Afrika Selatan), Riyadh (Arab Saudi), dan Meksiko. Adapun di bawah Jepang, kota teraman lainnya adalah Singapura, Osaka (Jepang), Stockholm (Swedia), dan Amsterdam (Belanda).