Pemda Jawa Timur Bangun Kerjasama Ekonomi Berbasis Lingkungan

  • Petrus Riski

Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Gunter Pauli, pendiri Zero Emissions Research and Initiatives (ZERI), meninjau hasil olahan limbah di Surabaya (13/4). (VOA/Petrus Riski)

Konsep Ekonomi Biru ingin mengajak masyarakat serta pihak swasta terlibat aktif, dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimiliki Jawa Timur, termasuk sisa limbah yang dihasilkan dari proses produksi.

Provinsi Jawa Timur membuka peluang mengembangkan konsep "Blue Economy" setelah menandatangani kerjasama dengan Yayasan Ekonomi Biru di Surabaya, Senin (13/4). Konsep ini ingin menggali potensi sumber daya alam di Jawa Timur, untuk dapat dimanfaatkan secara maksimal terutama dalam hal pemanfaatan limbah hasil produksi.

Potensi sumber daya alam di Jawa Timur terutama hasil laut dan perikanan, menjadikan peluang untuk digarap secara maksimal sebagai peluang pertumbuhan ekonomi. Konsep Ekonomi Biru ingin mengajak masyarakat serta pihak swasta terlibat aktif, dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dimiliki Jawa Timur, termasuk sisa limbah yang dihasilkan dari proses produksi.

Pembina Yayasan Ekonomi Biru, Sri Woro Harijono mengatakan, pihaknya bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan menggandeng perusahaan swasta untuk menjadikan nilai tambah pada sumber daya yang akan di olah, menggunakan dana Corporate Social Respocibility (CSR). Konsep ini dipastikan menjadi sarana transfer ilmu pengetahuan, yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat secara khusus.

“Itu ada mangrove, ada rumput laut yang sangat potensi, yang jelas ekonomi biru ini adalah akan menyertakan masyarakat, jadi tidak hanya swasta berdiri sendiri lalau masyarakatnya hanya nonton, itu gak sekarang. Dia harus ikut, caranya adalah mereka dipintarkan, transfer of knowledge, pengetahuannya ditambah, terus mereka diajar bagaimana cara berbisnis sebagaimana tujuan saya tercipta lapangan kerja akhirnya mengentaskan kemiskinan, ujungnya itu sebenarnya, kuncinya di pengikutsertaan masyarakat,” kata Sri Woro Harijono, Pembina Yayasan Ekonomi Biru.

Pendiri sekaligus peneliti dari Zero Emissions Research and Inititives, Gunter Pauli mengatakan, konsep ekonomi biru dinilai lebih mudah dan efisien dibandingkan dengan ekonomi hijau, dari segi biaya dan penerapan.

Green economy, kita telah berjuang selama bertahun-tahun. Green economy seperti produk makanan merupakan jalan keluar yang bagus, tapi mahal. Baik untuk kesehatan dan lingkungan tapi lebih mahal. Jadi blue economy yang ingin kami lakukan juga sama seperti apa yang kita inginkan untuk masa mendatang. Blue economy kami berupa inovasi, tidak hanya inovasi dan teknologi, tetapi inovasi dan bagaimana melakukan bisnis. Bagaimana Bisnis dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat,” kata Gunter Pauli, Pendiri Zero Emissions Research and Initiatives (ZERI).

Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengungkapkan, penerapan ekonomi biru dalam pembangunan berkelanjutan akan menyerap banyak tenaga kerja, yang otomatis meningkatkan ekonomi masyarakat. Meski demikian, ekonomi biru dipastikan tetap memperhatikan aspek lingkungan, sehingga tidak saling bersinggungan antara lingkungan dengan kepentingan ekonomi.

“Jadi ini suatu program bersama yang sangat bagus, pertama ciri khas yang disampaikan tadi adalah blue economy itu lebih efisien dari pada green economy. Banyak hal yang justru memanfaatkan tenaga kerja yang lebih banyak, dan ini sinergi dengan berbagai program yang dilakukan juga untuk lingkungan,” kata Soekarwo.

Pemanfaatan sumber daya alam yang awalnya kurang diperhitungkan, akan menjadi pembahasan pihak Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Asisten bidang Perekonomian Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Hadi Parasetyo mengatakan, cerita sukses pembuatan produk kertas berbahan batu batuan di Afrika Selatan menginspirasi Jawa Timur menciptakan inovasi produksi yang lebih beragam dan bernilai tambah.

“Bekas gurun di South Africa yang batuan itu lho, bisa jadi kertas. Saya membanyangkan ini Pacitan, Trenggalek kan bisa juga, pabrik kertas berbasis (batuan), namanya stone paper,” jelas Hadi Prasetyo.