Untuk ribuan pekerja yang tidak pernah mengalami keguncangan di sektor teknologi, PHK besar-besaran baru-baru ini di Google, Microsoft, Amazon dan Meta merupakan kejutan.
Kini mereka ditawari berbagai iming-iming oleh bisnis yang sudah lama mapan namun tidak banyak terkait dengan pekerjaan teknologi, termasuk grup hotel besar, bisnis pengecer, perusahaan investasi, transportasi kereta api, dan malahan biro pajak federal Amerika.
Semua sektor ini telah menunjukkan di platform perekrutan bahwa mereka masih membutuhkan insinyur perangkat lunak, ilmuwan data, dan ahli keamanan siber meskipun Big Tech melakukan PHK besar-besaran.
Ini merupakan kesempatan bagi bisnis untuk merekrut calon karyawan dengan kualifikasi terbaik yang secara tradisional hanya bisa dilakukan oleh Big Tech dengan memberikan gaji besar, tunjangan menggiurkan dan juga bekerja untuk bisnis yang bergengsi.
Salah satu perekrut terbesar di Amerika yang melakukan usaha agresif adalah pemerintah federal, yang menyasar perekrutan 22 ribu pekerja teknologi dalam tahun fiskal 2023.
Badan-badan federal kini bergabung dalam sebuah rangkaian forum pekerjaan bernama “Tech to Gov” atau “Teknologi untuk Pemerintah” yang menyasark para pekerja yang di PHK itu.
Pemerintah Federal berharap bisa mengurangi kekurangan pegawainya yang kronis serta menghambat usaha untuk memperkuat pertahanan keamanan siber dan memodernisasi cara pengumpulan pajak dan distribusi tunjangan.
“Ini sebuah kesempatan emas untuk pemerintah federal,” kata Rob Shriver, deputi direktur dari kantor Manajemen Personalia Federal AS. “Kami menawarkan pekerjaan teknologi apa saja yang dimiliki seseorang asalkan dia berminat bekerja untuk pemerintah federal.”
Posting pekerjaan teknologi untuk pemerintah federal, negara bagian dan lokal naik 48 persen dalam tiga bulan pertama 2023 dibandingkan kurun waktu yang sama tahun lalu, demikian menurut sebuah analisis oleh Comp TIA, sebuah perusahaan analitik teknologi. [jm/lt]