Kazakhstan memiliki pemerintahan baru, dengan mandat besar dari Presiden Kassym-Jomart Tokayev untuk membersihkan dampak korupsi selama bertahun-tahun, sambil mendorong tumbuhnya perekonomian lima tahun ke depan.
Tokayev menerima pengunduran diri Perdana Menteri Alikhan Smailov dan pemerintahannya pada 5 Februari lalu sebagai upaya mengkonsolidasikan kekuasaannya, dua tahun setelah kerusuhan yang menelan banyak korban jiwa mengguncang negara itu.
Keesokan harinya, Tokayev menggantikan Smailov dengan kepala stafnya yang berusia 43 tahun, Olzhas Bektenov, yang sebelumnya menjabat sebagai tokoh pemberantasan korupsi.
Smailov menjadi perdana menteri pada Januari 2022 setelah pemerintahan sebelumnya diberhentikan karena menaikkan harga bahan bakar, sebuah tindakan yang memicu demonstrasi yang bergulir menjadi aksi kekerasan dan menewaskan sedikitnya 238 orang.
Smailov dianggap sebagai sosok yang bisa berkompromi untuk memudahkan transisi dari tatanan politik, di mana penguasa lama, Nursultan Nazarbayev, masih menjalankan kekuasaan yang sangat besar melalui kepemimpinannya di Dewan Keamanan, sebuah badan yang memiliki wewenang untuk mengesampingkan keputusan presiden, meskipun telah mengundurkan diri dari jabatan presiden pada 2019.
Tokayev menggantikan Nazarbayev sebagai ketua Dewan Keamanan beberapa hari sebelum penunjukan Smailov.
Publik menilai Bektenov dipilih karena kesetiaannya kepada Tokayev, meski ia tidak pernah memegang jabatan eksekutif di pemerintahan sebelumnya. Posisinya sebagai pengamat anti-korupsi bukan bagian dari pemerintah Selain itu, meskipun Tokayev menyoroti “pengetahuan luas Bektenov di bidang ekonomi dan bidang lainnya” dan “keterampilan berorganisasinya yang hebat”, beberapa orang lain meragukan hal itu.
Kepada VOA, kepala lembaga kajian Pusat Kebijakan Solusi Almaty (Almaty based Center for Policy Solutions), Shalkar Nurseitov, mengatakan, “(Tokayev) setia kepada presiden dan menikmati kepercayaannya,”
Target Capai Pertumbuhan 6%
Dengan warisan yang dimilikinya, Tokayev menaruh kepercayaannya pada Bektenov untuk mewujudkan revolusi ekonomi yang akan meningkatkan perekonomian hingga 450 miliar dolar AS pada 2029, ketika ia akan meninggalkan jabatannya.
Agar hal ini dapat terwujud, pemerintah menilai pertumbuhan ekonomi harus mencapai 6% per tahun selama beberapa tahun mendatang; hal ini dengan mempertimbangkan perubahan nilai tukar dan faktor lainnya. Target ambisius ini dinilai tidak pernah direncanakan oleh pemerintahan sebelumnya. Kazakhstan mencatatkan PDB pada tahun lalu sebesar 5,1%.
Pasca pengunduran diri pemerintahan Smailov, presiden melontarkan sejumlah kritik terhadap kabinet sebelumnya, dengan mengeluhkan rendahnya efisiensi anggaran, kebijakan pajak, dan pengeluaran dana publik pemerintah. Dia juga menuduh pemerintah terlalu fokus pada masalah-masalah yang mendesak, dibanding mengejar strategi jangka panjang. [di/em]