Pemerintah bayangan Myanmar dari parlemen yang digulingkan menyambut baik seruan para pemimpin Asia Tenggara untuk diakhirinya "kekerasan militer" setelah perundingan di Jakarta dengan pemimpin junta Min Aung Hlaing.
Jenderal itu menghadiri KTT tingkat tinggi Sabtu (24/4) dengan para pemimpin ASEAN untuk membahas krisis yang semakin memuncak di Myanmar.
Sejak militer menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dalam kudeta 1 Februari, Myanmar mengalami pergolakan. Protes-protes terjadi hampir setiap hari. Dan terdapat boikot nasional dalam segala sektor yang menuntut dipulihkannya demokrasi.
Pasukan keamanan telah menggunakan peluru tajam untuk mengendalikan pemberontakan, menewaskan lebih dari 740 orang dalam penindakan keras, menurut kelompok pengawas lokal Asosiasi Bantuan bagi Tahanan Politik (AAPP).
Namun pertemuan ASEAN itu menghasilkan konsensus bahwa "kekerasan akan segera dihentikan di Myanmar," menurut pernyataan yang dirilis organusasi itu Sabtu malam (24/4).
BACA JUGA: Pemimpin ASEAN Capai Konsensus, Myanmar Diminta Segera Hentikan KekerasanASEAN juga akan memiliki seorang utusuan khusus untuk "memfasilitasi mediasi" antara semua pihak, dan perwakilan ini akan bisa melakukan perjalanan ke Myanmar.
Seorang juru bicara pemerintah bayangan pada Sabtu (24/4) menyambut baik seruan diakhirinya kekerasan di Myanmar, menyebutnya "kabar yang menggairahkan."
"Itu yang telah diserukan oleh Pemerintah Persatuan Nasional (NUG)," kata menteri kerjasama internasional NUG, Dr. Sasa. Dia sekarang sedang bersembunyi bersama para anggota parlemen lainnya.
"Kami dengan antusias menunggu langkah tegas ASEAN untuk menindaklanjuti keputusannya dan memulihkan demokrasi dan kebebasan bagi rakyat dan bagi kawasan."
Para anggota parlemen dari NUG kini sedang diburu oleh junta, karena dituduh melakukan pengkhianatan tingkat tinggi. [vm/ah]