Beberapa pihak mendesak Partai Komunis di China untuk memberikan pertanggungjawaban penuh atas pembantaian di Tiananmen.
BEIJING —
Lebih dari dua dekade telah lewat, Partai Komunis China masih menghadapi desakan untuk memberikan pertanggungjawaban penuh atas penyerangan berdarah terhadap para demonstran yang melakukan protes di Lapangan Tiananmen pada 1989.
Meski partai tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan sikap mengenai protes-protes tersebut, desakan untuk keterbukaan politik yang lebih besar dan kemuakan publik dengan korupsi yang dilakukan para pejabat pemerintah terus berlanjut sampai saat ini.
Perbedaannya sekarang, menurut para analis politik, ahli sejarah dan aktivis, adalah bahwa taruhannya lebih tinggi dan masalah-masalah yang dihadapi partai lebih besar.
Pernyataan resmi Partai Komunis adalah bahwa peristiwa di Tiananmen merupakan perlawanan terhadap pemberontakan revolusioner. Ketika didesak, para pejabat fokus pada perubahan-perubahan yang terjadi di China sejak saat itu dan tidak pada apa yang mungkin terjadi atau tidak.
Tidak jelas berapa banyak orang yang tewas dalam penyerangan tersebut, namun kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan ada ratusan orang yang meninggal dunia.
Zhang Xianling kehilangan putranya dalam penyerangan awal Juni 1989 tersebut. Setelah lebih dari dua dekade, ia menunjukkan keputusasaan tapi masih menyimpan harapan.
Zhang mengatakan bahwa ia berharap para pemimpin baru China, Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang, mendapat visi baru. Pada saat yang sama, ia khawatir mereka akan terus mengabaikan kesalahan-kesalahan Partai Komunis.
“Kami berharap mereka dapat mengevaluasi penderitaan-penderitaan masa lalu dan mulai dengan visi baru," ujar Zhang.
“Kami berharap mereka dapat mengakui pembunuhan-pembunuhan di Tiananmen seperti yang diakui di seluruh dunia, dan memiliki visi yang lebih santai mengenai peristiwa 4 Juni dengan mengekspresikan bahwa mereka ingin membahasnya."
Zhang merupakan bagian dari sebuah kelompok orangtua, keluarga dan teman dari korban tewas, yang disebut Tiananmen Mothers, atau Ibu-ibu Tiananmen. Sejak 1995, kelompok tersebut telah mendesak pemerintah membuka kebenaran mengenai apa yang terjadi pada 4 Juni 1989 dan menghukum mereka yang bersalah.
Kelompok itu mengatakan telah menulis 36 surat kepada para pemimpin Partai Komunis dan Kongres Rakyat Nasional. Sampai saat ini, belum satupun tanggapan mereka terima.
Dalam suratnya tahun ini, Tiananmen Mothers mendesak Partai Komunis untuk mengakui kesalahan-kesalahan mereka selama enam dekade.
"Tiananmen terjadi pada paruh kedua 30 tahun," ujar Zhang.
"Pada Revolusi Budaya dan program Great Leap Forward (lompatan jauh ke depan), Partai Komunis telah membuat jutaan orang kelaparan sampai mati dan membunuh jutaan lainnya. Pada kedua paruh 30 tahun, ada pembantaian besar-besaran. Bagaimana kita menolak ini?"
Para mahasiswa yang berkumpul di Tiananmen pada 1989 meminta pemerintah mempromosikan serangkaian reformasi, dari kebebasan politik sampai masalah korupsi.
Desakan untuk reformasi terus berlanjut sampai saat ini.
Meski partai tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan sikap mengenai protes-protes tersebut, desakan untuk keterbukaan politik yang lebih besar dan kemuakan publik dengan korupsi yang dilakukan para pejabat pemerintah terus berlanjut sampai saat ini.
Perbedaannya sekarang, menurut para analis politik, ahli sejarah dan aktivis, adalah bahwa taruhannya lebih tinggi dan masalah-masalah yang dihadapi partai lebih besar.
Pernyataan resmi Partai Komunis adalah bahwa peristiwa di Tiananmen merupakan perlawanan terhadap pemberontakan revolusioner. Ketika didesak, para pejabat fokus pada perubahan-perubahan yang terjadi di China sejak saat itu dan tidak pada apa yang mungkin terjadi atau tidak.
Tidak jelas berapa banyak orang yang tewas dalam penyerangan tersebut, namun kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan ada ratusan orang yang meninggal dunia.
Zhang Xianling kehilangan putranya dalam penyerangan awal Juni 1989 tersebut. Setelah lebih dari dua dekade, ia menunjukkan keputusasaan tapi masih menyimpan harapan.
Zhang mengatakan bahwa ia berharap para pemimpin baru China, Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang, mendapat visi baru. Pada saat yang sama, ia khawatir mereka akan terus mengabaikan kesalahan-kesalahan Partai Komunis.
“Kami berharap mereka dapat mengevaluasi penderitaan-penderitaan masa lalu dan mulai dengan visi baru," ujar Zhang.
“Kami berharap mereka dapat mengakui pembunuhan-pembunuhan di Tiananmen seperti yang diakui di seluruh dunia, dan memiliki visi yang lebih santai mengenai peristiwa 4 Juni dengan mengekspresikan bahwa mereka ingin membahasnya."
Kelompok itu mengatakan telah menulis 36 surat kepada para pemimpin Partai Komunis dan Kongres Rakyat Nasional. Sampai saat ini, belum satupun tanggapan mereka terima.
Dalam suratnya tahun ini, Tiananmen Mothers mendesak Partai Komunis untuk mengakui kesalahan-kesalahan mereka selama enam dekade.
"Tiananmen terjadi pada paruh kedua 30 tahun," ujar Zhang.
"Pada Revolusi Budaya dan program Great Leap Forward (lompatan jauh ke depan), Partai Komunis telah membuat jutaan orang kelaparan sampai mati dan membunuh jutaan lainnya. Pada kedua paruh 30 tahun, ada pembantaian besar-besaran. Bagaimana kita menolak ini?"
Para mahasiswa yang berkumpul di Tiananmen pada 1989 meminta pemerintah mempromosikan serangkaian reformasi, dari kebebasan politik sampai masalah korupsi.
Desakan untuk reformasi terus berlanjut sampai saat ini.