Pemerintah China mengatakan akan membantu pembangkit listrik tenaga batu baranya beroperasi dengan kapasitas penuh. Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran lebih lanjut tentang nasib janji iklim Beijing.
Sebagian besar wilayah dari negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu lumpuh pada tahun lalu karena kekurangan listrik, sebagian disebabkan oleh penurunan pasokan batu bara karena harga global bahan bakar fosil yang melonjak.
China adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia yang bertanggung jawab atas perubahan iklim, dan telah berjanji untuk mencapai puncak emisi pada 2030 dan menjadi netral karbon pada 2060.
Namun produksi batu bara terus ditingkatkan sejak terjadinya kekurangan energi tahun lalu, memicu ketidakpastian dan kekhawatiran tentang target iklim tersebut.
BACA JUGA: Impor Batu Bara China Capai Rekor Baru pada NovemberFokus pada keamanan energi dan pertumbuhan ekonomi ditegaskan kembali pada pertemuan tingkat tinggi Dewan Negara China, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Li Keqiang, kantor berita AFP mengutip Xinhua pada Selasa (15/2).
Diputuskan dalam pertemuan Senin (14/2) bahwa "pasokan batu bara akan ditingkatkan dan pembangkit listrik tenaga batu bara akan didukung untuk beroperasi dengan kapasitas penuh dan menghasilkan lebih banyak listrik" untuk memenuhi permintaan industri dan perumahan, menurut Xinhua.
Langkah itu dilakukan beberapa minggu setelah Presiden Xi Jinping mengatakan kepada pembuat kebijakan utama untuk memastikan bahwa pengurangan emisi tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi dan keamanan energi, yang secara luas dilihat sebagai sinyal untuk membatasi pembatasan pada sektor batu bara.
Menyusul krisis energi tahun lalu, China membuka kembali belasan tambang batu bara dan menghapus kuota produksi. Produksi batu bara negara itu mencapai rekor lebih dari empat miliar metrik ton tahun lalu, tertinggi dalam satu dekade, setelah impor terganggu oleh pandemi.
Dua pertiga ekonomi China didorong oleh batu bara, dan menghasilkan sekitar 29 persen emisi gas rumah kaca dunia, dua kali lipat dari Amerika Serikat dan tiga kali lipat dari Uni Eropa.
Langkah-langkah pemerintah China untuk mengekang emisi dianggap penting untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celcius seperti yang disepakati dalam kesepakatan iklim Paris. [ah/rs]