Indonesia, yang memiliki sepertiga dari hutan hujan dunia, telah mengalami penurunan deforestasi tahunan sebesar 8,4 persen, kata Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Senin (26/6).
Pemerintah mengaitkan penurunan tersebut dengan pengendalian kebakaran yang lebih baik dan perizinan yang lebih ketat untuk penebangan pohon.
Menurut data terbaru yang tersedia, ada 104.000 hektare hutan yang mengalami deforestasi dari Juli 2021 hingga Juni 2022, turun dari 113.500 hektare pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Salah satu langkah paling signifikan adalah membatasi izin (pembukaan) baru di hutan primer dan lahan gambut,” kata pejabat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Belinda A. Margono kepada wartawan.
Dengan kawasan hutan hujan terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Kongo, Indonesia berada di bawah pengawasan ketat para pencinta lingkungan. Apalagi setelah Indonesia menyatakan mundur dari kesepakatan global 130 negara untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2030.
Indonesia menyebut kesepakatan itu tidak tepat dan tidak adil, menganjurkan program penanaman kembali sebagai gantinya.
Indonesia juga merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, yang industrinya sering dikaitkan dengan pembukaan lahan hutan. Lebih banyak lahan hutan diperkirakan juga akan diambil karena pemerintah berupaya memikat investasi besar ke sektor nikel dan kendaraan listriknya.
Indonesia juga rentan terhadap kebakaran hutan, yang menurut pemerintah sering diakibatkan oleh kegiatan para petani dalam membuka lahan namun kemudian menyebar tak terkendali, terutama selama musim kemarau.
Greenpeace Indonesia mempertanyakan data pemerintah yang dirilis pada hari Senin, termasuk metodologi, yang dikatakan cacat karena tidak termasuk hutan yang dibuka untuk tujuan industri. “Ini menjelaskan mengapa laju deforestasi rendah,” kata Arie Rompas, juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia, yang meyakini bahwa laju deforestasi jauh lebih tinggi.
Ditanya mengapa lahan industri tidak dimasukkan, Belinda dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan penanaman kembali di kawasan itu berarti tidak ada hutan yang hilang.
Menurut Atlas Nusantara, sebuah organisasi independen yang melacak deforestasi dan kebakaran hutan, kehilangan hutan Indonesia adalah 208.250 hektare pada tahun kalender 2022 dan 174.640 hektare pada tahun 2021, atau peningkatan kehilangan hutan sebesar 16%. Data pemerintah melacak deforestasi dari Juli hingga Juni tahun berikutnya. [ab/uh]