Pemerintah optimis, adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2016 mendatang. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli dalam acara kajian Center of Reform on Economics/CORE Indonesia - Economic Outlook 2016 di Jakarta Rabu (18/11) mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 bisa mencapai enam persen. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan tahun ini sekitar 4,7 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan yang kalau pakai cara-cara biasa, hanya akan tumbuh sekitar 5,7 persen tahun depan. Ekonomi (Indonesia) tahun depan paling tidak akan tumbuh di atas enam persen. Target kami dalam waktu satu atau dua tahun kita akan kalahkan Filipina dan India. Filipina saat ini pertumbuhannya 7,2 persen dan India 7,3 persen. Dalam dua tahun kedepan kami optimis kita bisa kalahkan dua negara itu sebagai ekonomi paling cepat dan paling berkembang di Asia," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli.
Berbagai langkah untuk mewujudkan hal itu menurut Rizal, sedang dilakukan Pemerintah melalui paket kebijakan ekonomi. Di antaranya adalah pemangkasan ijin investasi yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas nasional. Beberapa pemangkasan regulasi yang dilakukan adalah ijin investasi pada kawasan industri dan kegiatan ekspor-impor.
"Bapak Ibu, sekarang kalau invest di kawasan industri, dalam waktu kurang dari 3 hari, bapak ibu sudah bisa mulai bisnis. Akan dapat tax numbernya, akan dapat kontrak dan sebagainya dan sebagainya. Untuk di pelabuhan tadinya ada 124 ijin, kita potong jadi sepertiganya. Mungkin fase berikutnya kita kurangi terus," lanjutnya.
Pemerintah lanjut Rizal, menjadikan sektor pariwisata sebagai fokus pengembangan ekonomi tahun depan. Hal ini menurutnya, dapat meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat. Saat ini, sudah ada 10 destinasi wisata yang akan dikembangkan seperti Danau Toba, Raja Ampat, Labuhan Bajo, Bromo, Mandalika, Wakatobi, Tanjung Lesung, Belitung, Borobudur dan Morotai.
"Wisata asing ke Indonesia sekarang kurang dari 10 juta orang per tahun. 5 tahun mendatang kita mau tingkatkan jadi 20 juta orang per tahun. Buat kami tidak masuk akal, turis asing ke Indonesia kurang dari 10 juta, Malaysia 20 juta, dan Thailand 36 juta. Kami juga ingin meningkatkan pendapatan devisa dari pariwisata dari US$ 10 Milyar sekarang, menjadi US$ 20 Milyar pada 5 tahun mendatang. Lalu lapangan kerja langsung dari sektor pariwisata sekarang 3 juta dan yang tidak langsung 6 juta. Kita ingin lima tahun mendatang, naik menjadi 7 juta yang langsung, yang tidak langsung dua kalinya," jelas Rizal Ramli.
Untuk mewujudkan itu, pemerintah tambah Rizal, telah memberikan fasilitas bebas visa kepada 47 negara. Terkecuali, terhadap negara-negara yang aktif terhadap perdagangan narkoba dan ideologi ekstrim teroris.
Sementara itu dari kajian Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, pada kuartal III 2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia dilaporkan mencapai 4,73 persen. Direktur Core Indonesia Hendri Saparini mengatakan, diprediksi perekonomian Indonesia hanya akan tumbuh 4,7 persen secara keseluruhan hingga akhir tahun 2015. Namun, pertumbuhan ekonomi akan mampu tumbuh 5,4 persen hingga enam persen di tahun 2016 mendatang.
"Proyeksi ekonomi dari CORE, itu kalau kita lihat dibandingkan dengan Pemerintah, jauh lebih optimis. Karena Pemerintah hanya 5,3 persen. CORE 5,4 persen tapi potensinya lebih besar. Yang penting, bagaimana mengoptimalkan anggaran. Bagaimana mengoptimalkan kebijakan fiskal dan riil. Dan bagaimana mengoptimalkan moneter. Bahwa potensi untuk tumbuh hingga enam persen misalkan, itu bukan hal yang sulit," kata Hendri Saparini.
Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2016 akan ditentukan oleh tiga faktor utama, antara lain perlambatan ekonomi yang dihadapi oleh China, tekanan di pasar keuangan akibat kebijakan Federal Reserve System/The Fed atau Bank Sentral AS jika menaikan tingkat suku bunga di 2016 nanti, dan penurunan harga komoditas global.
Dari ketiga aspek tersebut, diperkirakan pertumbuhan ekspor Indonesia tahun 2016 masih tertekan dengan pertumbuhan 2 sampai 3 persen. Hal itu menurut Hendri juga berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Untuk nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar amerika serikat (di 2016). Kita prediksi, antara Rp 13.900 hingga Rp 14.100. karena kita menganggap ini sebenarnya kalau tidak ada perubahan kebijakan eksternal, maka inilah nilai tukar yang akan kita miliki. Dengan berbagai permasalahan di neraca transaksi berjalan," imbuhnya.
Lebih lanjut Hendri berpendapat, kekuatan Indonesia untuk menahan perlambatan ekonomi dan menangkal dampak negatif dari pengaruh global hanya dapat dilakukan dengan menggerakkan kekuatan domestik. [aw/em]