Kementerian Kesehatan meminta semua dinas kesehatan provinsi memperketat pengamatan dan respon dini di bandara dan pelabuhan internasional.
JAKARTA —
Untuk mengantisipasi masuknya virus flu burung H7N9 yang merebak di China, Kementerian Kesehatan telah mengirim surat edaran ke semua dinas kesehatan provinsi untuk memperketat pengamatan dan respon dini di bandar udara dan pelabuhan internasional terhadap penumpang yang baru tiba dari China.
Bagi penumpang yang datang dari China dan memiliki keluhan batuk dan demam maka harus segera di bawa ke puskesmas terdekat, ujar Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti, Rabu (10/4).
Menurut Ghufron, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jakarta maupun Jenewa terkait perkembangan situasi flu burung. Dia mengatakan hingga saat ini belum ditemukan kasus flu burung H7N9 di Indonesia.
“Saya kira kita tidak perlu panik tetapi kita melakukan antisipasi. Tetapi yang jelas kita memperketat, jadi kalau ada yang mengeluh panas dan sebagainya akan dilakukan tindak lanjut segera,” ujarnya.
Gufron menambahkan, meskipun Indonesia telah memiliki pemindai suhu di semua bandar udara dengan jalur penerbangan internasional, tetapi Indonesian belum mau melakukan pemindaian karena kasus flu burung H7N9 ini masih terbatas dibandingkan dengan banyaknya penumpang yang harus diperiksa.
Ghufron juga mengimbau masyarakat supaya tidak panik tetapi harus tetap waspada. Jika merasa demam apalagi sebelumnya bepergian ke China atau ada kontak dengan unggas, maka masyarakat, kata Ghufron, juga diminta segera memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Ghufron juga meminta rumah sakit dan petugas kesehatan melakukan langkah antisipatif dimana setiap keluhan terkait batuk dan demam harus diwaspadai.
Sementara itu, ketua umum Perhimpunan Peternakan Unggas Lokal Indonesia, Ade Zulkarnaen menyatakan, para peternak unggas lokal saat ini sangat khawatir dengan adanya kasus virus flu burung H7N9 yang terjadi di China.
Para peternak, lanjut Ade, kini hanya melakukan antisipasi dengan bio security yang sederhana. Ade berharap pemerintah melakukan sosialisasi terkait virus flu burung ini.
“Peternak belum tahu bedanya H7N9 dengan H5N1yang biasa terjadi di Indonesia. Apa bedanya dengan H5N1 clade baru yang terjadi Desember, Januari kemarin, kemudian langkah apa yang harus dilakukan oleh peternak,” ujarnya.
“Saya khawatir kalau pemerintah tidak melakukan antisipasi, kalau itu masuk ke Indonesia mungkin akan jauh lebih besar lagi karena struktur peternakan di Indonesia khususnya peternak unggas lokal beda dengan di China. Di China yang sudah lebih baik saja seperti itu, apalagi kita yang sebagian besar peternak unggas lokal ini masih sangat sederhana, belum mengenal praktik peternakan yang baik.”
Pada 1 April, Komite Keluarga Berencana dan Kesehatan Nasional China di Beijing mengumkan dua warga Shanghai menjadi korban virus flu burung H7N9 setelah terjangkit pada Februari lalu. Seorang perempuan di Kota Chuzhou dalam kondisi kritis.
Pada 7 April, otoritas China mengkonfirmasi ada 20 kasus virus flu burung H7N9 d kawasan timur dengan enam korban meninggal.
Bagi penumpang yang datang dari China dan memiliki keluhan batuk dan demam maka harus segera di bawa ke puskesmas terdekat, ujar Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti, Rabu (10/4).
Menurut Ghufron, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jakarta maupun Jenewa terkait perkembangan situasi flu burung. Dia mengatakan hingga saat ini belum ditemukan kasus flu burung H7N9 di Indonesia.
“Saya kira kita tidak perlu panik tetapi kita melakukan antisipasi. Tetapi yang jelas kita memperketat, jadi kalau ada yang mengeluh panas dan sebagainya akan dilakukan tindak lanjut segera,” ujarnya.
Gufron menambahkan, meskipun Indonesia telah memiliki pemindai suhu di semua bandar udara dengan jalur penerbangan internasional, tetapi Indonesian belum mau melakukan pemindaian karena kasus flu burung H7N9 ini masih terbatas dibandingkan dengan banyaknya penumpang yang harus diperiksa.
Ghufron juga mengimbau masyarakat supaya tidak panik tetapi harus tetap waspada. Jika merasa demam apalagi sebelumnya bepergian ke China atau ada kontak dengan unggas, maka masyarakat, kata Ghufron, juga diminta segera memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Ghufron juga meminta rumah sakit dan petugas kesehatan melakukan langkah antisipatif dimana setiap keluhan terkait batuk dan demam harus diwaspadai.
Sementara itu, ketua umum Perhimpunan Peternakan Unggas Lokal Indonesia, Ade Zulkarnaen menyatakan, para peternak unggas lokal saat ini sangat khawatir dengan adanya kasus virus flu burung H7N9 yang terjadi di China.
Para peternak, lanjut Ade, kini hanya melakukan antisipasi dengan bio security yang sederhana. Ade berharap pemerintah melakukan sosialisasi terkait virus flu burung ini.
“Peternak belum tahu bedanya H7N9 dengan H5N1yang biasa terjadi di Indonesia. Apa bedanya dengan H5N1 clade baru yang terjadi Desember, Januari kemarin, kemudian langkah apa yang harus dilakukan oleh peternak,” ujarnya.
“Saya khawatir kalau pemerintah tidak melakukan antisipasi, kalau itu masuk ke Indonesia mungkin akan jauh lebih besar lagi karena struktur peternakan di Indonesia khususnya peternak unggas lokal beda dengan di China. Di China yang sudah lebih baik saja seperti itu, apalagi kita yang sebagian besar peternak unggas lokal ini masih sangat sederhana, belum mengenal praktik peternakan yang baik.”
Pada 1 April, Komite Keluarga Berencana dan Kesehatan Nasional China di Beijing mengumkan dua warga Shanghai menjadi korban virus flu burung H7N9 setelah terjangkit pada Februari lalu. Seorang perempuan di Kota Chuzhou dalam kondisi kritis.
Pada 7 April, otoritas China mengkonfirmasi ada 20 kasus virus flu burung H7N9 d kawasan timur dengan enam korban meninggal.