Pemerintahan Trudeau Hadapi Kecaman Keras Seputar Inflasi

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau berbicara dengan salah satu pekerja di Pabrik Motrec International dalam kunjungannya ke pabrik pembuatan kendaraan listrik untuk industri itu di Sherbrooke, Quebec, Kanada, pada 12 Juli 2022. (Foto: Reuters/Evan Buhler)

Partai-partai oposisi di Kanada memanfaatkan situasi inflasi yang tercatat paling tinggi sejak 1983 untuk menyerang pemerintahan Perdana Menteri Justin Trudeau, kurang dari setahun setelah ia berhasil kembali memimpin untuk masa jabatan yang ketiga.

“Saya tercengang akan banyaknya orang mengatakan, ini adalah makanan pertama mereka pada hari itu. Ini benar-benar tidak bisa dipercaya,” kata anggota Partai Konservatif Rick Perkins yang menyelenggarakan acara barbeku gratis di kantor konstituennya di Nova Scotia ketika memperingati hari libur Canada Day pada 1 Juli.

BACA JUGA: Mengapa Ekonomi Sri Lanka Ambruk dan Apa yang akan Terjadi?

"Kenaikan biaya hidup ini sangat menyulitkan. Setiap hari orang menelepon kantor kami dan menangis karena mereka tidak bisa membeli makanan, dan obat-obatan,” katanya kepada VOA.

Walaupun ia mengakui bahwa terdapat sejumlah faktor global yang mempengaruhi inflasi yang terjadi di Kanada seperti di antaranya pandemi COVID 19 dan perang di Ukraina, Perkins dan anggota oposisi lainnya mengatakan bahwa pemerintah tidak cukup berusaha untuk memperlunak dampak dari situasi yang terjqadi saat ini.

“Di Nova Scotia, di mana rata-rata warga di sana hidup dalam kesulitan, para anggota parlemen dari Partai Liberal tampak diam-diam saja, sementara konstituennya menderita,” katanya.

BACA JUGA: Kekhawatiran akan ‘Lockdown’ China Pukul Pasar Ekuitas Asia, Minyak Mentah

Laju inflasi tahunan Kanada naik menjadi 7,7 persen pada Mei, sesuai dengan apa yang terjadi di negara-negara maju lainnya di seluruh dunia, demikian menurut TradingEconomics.com.

“Tekanan harga naik berasal dari sektor transportasi, makanan, dan perumahan, sementara sanksi Barat sebagai tanggapan atas serangan Rusia ke Ukraina terus menaikkan harga energi dan sejumlah komoditas,” sebut laporan itu. [jm/my]