Pilihan untuk menggunakan bensin beroktan rendah yang lebih murah memang solusi jangka pendek yang diambil banyak orang untuk menghemat pengeluaran. Namun pilihan itu berimbas pada kondisi kendaraan dalam jangka panjang.
Menurut aktivis dunia otomotif Indonesia M. Indra Prasetyo, dua hal penting yang menjadi pertimbangan dalam menentukan tingkat oktan bensin adalah kapasitas mesin dan usia kendaraan. Pebalap mobil yang juga sempat menjadi manajer Fastron World Rally Team sekaligus co-driver Rifat Sungkar saat menjuarai sejumlah seri balap Rally of America pada tahun 2013 ini mengatakan bahwa hal tersebut kini sudah diregulasi oleh pemerintah.
“Sekarang, kebijakan di Indonesia adalah mobil nol sampai 1500cc masih diperbolehkan menggunakan bensin Pertalite, dengan oktan 90, tapi mobil di atas 1500 wajib menggunakan bensin non- Pertalite. Pilihannya ada Pertamax, oktannya 92, kemudian ada Pertamax Plus, oktannya 95. Sama juga dengan mobil diesel, kita disarankan menggunakan Pertamina Dex," kata Indra.
Menurut Indra, yang juga menjabat Ketua Komisi Komunitas Sepeda Motor, Ikatan Motor Indonesia (IMI), perbedaan oktan akan lebih terasa ketika memacu kendaraan dalam ajang kompetisi karena akan mempengaruhi tenaga mesin maupun performa kendaraan. Namun untuk penggunaan sehari-hari, Indra menyarankan untuk memperhatikan spesifikasi yang dibutuhkan kendaraan.
“Gue menyarankan sih bensin yang direkomendasikan oleh merek mobil tersebut, karena ada beberapa, mungkin sudah semua merek kendaraan, yang baru-baru ya, sudah menganjurkan menggunakan bensin dengan standarnya mereka. Apalagi mobil-mobil mewah atau premium itu sudah harus menggunakan bensin minimal Pertamax, karena kalau tidak menggunakan itu, besar kemungkinan warranty-nya gugur,” katanya.
Hal tersebut juga disetujui oleh Rifat Sungkar yang menganut prinsip efisiensi dalam berkendara, dan selalu mengikuti rekomendasi bahan bakar sesuai dengan kemampuan terbaik dari mesinnya.
“Jadi gak selamanya kalo elu beli bensin lebih murah itu ujungnya jatuh lebih irit, tapi sebetulnya performance optimal dari mesin tersebut yang membuat distance dari penggunaan bahan bakar itu menjadi lebih baik," ujarnya.
Pebalap nasional yang juga menjabat Wakil Ketua Umum IMI bagian Mobility ini menjelaskan bahwa konfigurasi mesin mobil-mobil zaman sekarang sudah dapat menyesuaikan pengeluaran tenaga sesuai dengan kadar oktan yang diberikan. Jadi dampak dalam performa yang akan dirasakan pengendara cukup signifikan
“Signifikanlah.. karena semakin tinggi oktannya sebetulnya hal yang akan terjadi di dalam mesin ini pembakarannya akan menjadi lebih baik, kalo demikian, hasilnya adalah tenaga maksimal, bahan bakar optimal," kata Rifat.
Sebagai penikmat dunia otomotif, Ferdy Hasan juga sangat patuh terhadap spesifikasi yang telah menjadi tuntutan merek mobil-mobil miliknya.
“Ya mungkin saat membeli suatu mobil jenis tertentu kita menanyakan atau mungkin membaca manual apa yang disarankan untuk kendaraan tersebut, ya tujuan utamanya untuk performa dan tentunya efisiensi. Kalau tidak sesuai mungkin bisa kehausan atau juga ada kerusakan internal, atau sebaliknya kalau terlalu tinggi mungkin pembakarannya jadi tidak maksimal," tuturnya.
Menurut presenter dan MC yang menyukai warna hitam untuk hampir semua koleksi mobilnya, ia dapat dengan jelas merasakan beda efek oktan pada mobil-mobilnya.
Your browser doesn’t support HTML5
“Perbedaan performance bisa dirasakan, dulu soalnya pernah ada salah satu pegawai yang membawa mobil tidak mengisi bensin sesuai dengan apa yang seharusnya, (sehingga) ada kendala akhirnya setelah jangka panjang, kehausan (mesin tidak awet) dan sebagainya, masalah seperti itulah yang timbul," kata Ferdy.
Dalam pernyataan pada situs webnya yang dirilis belum lama ini, Pertamina juga mengimbau masyarakat untuk mengisi BBM sesuai ketentuan yang tertera dalam buku panduan kendaraan bermotor karena pabrikan telah menyesuaikan bahan bakar yang cocok sesuai jenis kendaraan. [aa/ka]