Pemilu Hong Kong Diwarnai Meningkatnya Ketidakpuasan

Spanduk kampanye pemilu kandidat Dewan Legislatif Yau Wai-ching, anggota dari kelompok politik Youngspiration, terlihat berada di sebuah jalan di Hong Kong, Cina, 17 Agustus 2016. (REUTERS/Bobby Yip)

Berbagai keprihatinan lain muncul menyusul hilangnya lima penjual buku, di mana dua di antaranya diculik, satu dari Hong Kong dan satu lagi dari Thailand dan dibawa ke China Daratan.

Ketika Tentara Pembebasan Rakyat memasuki Hong Kong pada tengah malam 1 Juli, 1997, setelah dikembalikan Inggris kepada China, banyak orang mengibarkan bendera dan bersorak-sorai menyambut kedatangan mereka di perbatasan wilayah itu dengan China Daratan.

Tapi hampir dua dekade kemudian, pemilih Hong Kong akan pergi ke tempat pemungutan suara pada hari Minggu untuk berpartisipasi dalam pemilu legislatif yang lain dari sebelumnya.

Suasana sangat terpolarisasi, dengan cengkeram China semakin terasa di hampir setiap bidang kehidupan masyarakat, terutama sejak protes Gerakan Payung selama 79 hari pada tahun 2014, di mana pemerintah daerah yang didukung Beijing, yang dipimpin oleh Kepala Eksekutif CY Leung, mengambil sikap tanpa kompromi terhadap tuntutan demokrasi yang lebih besar.

Berbagai keprihatinan lain muncul menyusul hilangnya lima penjual buku, di mana dua di antaranya diculik, satu dari Hong Kong dan satu lagi dari Thailand dan dibawa ke China Daratan. Mereka telah menerbitkan buku-buku yang mengecam pemimpin China dan tuduhan-tuduhan tentang kehidupan pribadi mereka. Prospek bahwa kaki tangan China Daratan sengaja beroperasi di Hong Kong membuat penduduk lokal sangat geram. [as/ab]