Pemilu Myanmar Mendapat Penilaian Beragam

Pendukung Liga Nasional bagi Demokrasi Myanmar (NLD) bersorak di luar kantor pusat NLD di Yangon, Myanmar, 9 November 2015.

Para pengamat internasional di Myanmar memberi pengakuan atas kualitas pemilu legislatif bersejarah hari Minggu lalu (8/11), sementara penghitungan suara telah memasuki hari ke-dua.

“Proses pemilu berjalan lebih baik daripada yang diperkirakan banyak orang sebelumnya,” kata Alexander Graf Lambsdorff, ketua misi pengamat pemilu Uni Eropa, dalam konferensi pers di Yangon hari Selasa.

Lebih dari 30 juta orang memberikan suara dalam pemilu hari Minggu. Ini merupakan pemilihan bebas pertama dalam 25 tahun di negara yang pernah dipimpin militer itu. Hasil resmi yang dilansir Komisi Pemilu menunjukkan oposisi, Liga Nasional bagi Demokrasi (NLD), sejauh ini telah merebut 126 kursi di majelis rendah parlemen, sementara USDP yang berkuasa dan didukung militer baru meraih delapan kursi.

NLD, yang dipimpin pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi, telah mengklaim kemenangan besar. Dalam wawancara dengan BBC hari Selasa, Aung San Suu Kyi mengatakan partainya telah meraih 75 persen kursi yang diperebutkan.

“Fakta bahwa kandidat-kandidat USDP mengakui kekalahan itu membesarkan hati bagi kredibilitas proses pemilu,” ujar Lambsdorff. Tetapi ia mengatakan pemilu itu tidak dapat disebut pemilu yang sungguh-sungguh karena tidak semua kursi diperebutkan dalam pemilihan itu. Konstitusi Myanmar mengalokasikan 25 persen kursi di parlemen untuk militer.

Lambsdorff juga menyatakan keprihatinan mengenai sedikitnya warga Muslim Rohingya dalam daftar pemilih dan kandidat. Ia menyebut hal ini merupakan bagian dari masalah sosial yang lebih besar. Jutaan warga Muslim Rohingya tidak memiliki hak pilih di Myanmar karena kewarganegaraan mereka tidak diakui dan alasan-alasan lain. [uh]