Ribuan warga Suriah di kawasan-kawasan yang dikuasai pemerintah di negara yang dilanda perang itu bergerak menuju ke tempat-tempat pemungutan suara (TPS), Rabu pagi (26/5). Mereka akan memberikan suara mereka dalam pemilihan presiden yang akan memberi Bashar Assad masa jabatan tujuh tahun yang keempat.
Pemungutan suara tersebut adalah pemilihan presiden kedua sejak konflik negara itu dimulai 10 tahun lalu. Pihak oposisi dan negara-negara Barat menganggap pemilu itu direkayasa untuk memastikan kemenangan Assad.
Abdullah Salloum Abdullah dan Mahmoud Ahmad Marie, dua kandidat lainnya yang bersaing untuk posisi teratas negara itu hanyalah tokoh-tokoh kecil. Persaingan mereka dengan Assad dipandang banyak pihak sebagai simbolik semata.
TPS-TPS di Damaskus mulai dibuka pukul 7 pagi waktu setempat. Jalan-jalan menuju TPS banyak dihiasi poster-poster raksasa Assad dan spanduk-spanduk yang memuji pemerintahannya. Hanya ada sejumlah kecil poster dua kandidat lainnya yang terlihat di jalan-jalan itu.
"Kami memilih masa depan. Kami memilih Bashar Assad," bunyi salah satu spanduk yang dibentangkan di ibu kota Damaskus.
Pemungutan suara tidak dilangsungkan di Suriah Timur Laut, yang dikuasai oleh para pejuang pimpinan Kurdi yang didukung AS, dan di provinsi Idlib, Suriah Barat Laut, yang merupakan kubu pertahanan utama terakhir pemberontak di negara itu.
Pemungutan suara tahun ini diselenggarakan sewaktu ekonomi Suriah terpukul parah akibat sanksi-sanksi Barat, korupsi dan pertikaian pemerintah, wabah virus corona dan krisis keuangan di Lebanon, penghubung utama Suriah dengan dunia luar. [ab/uh]