Pemimpin Agung Iran Ayatullah Ali Khamenei mengatakan, Jumat (31/7), negaranya tidak akan berunding dengan AS karena Amerika hanya akan memanfaatkan pembicaraan itu untuk tujuan propaganda.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump pernah mengatakan bersedia berunding dengan Iran tanpa prasyarat, namun AS akan terus melanjutkan usahanya untuk menekan Republik Islam itu.
Dalam pidato Idul Adha yang ditayangkan televisi, Khamenei mengatakan, seperti halnya dengan Korea Utara, Trump akan memanfaatkan perundingan dengan Iran untuk tujuan propaganda.
Trump secara sepihak menarik mundur AS dari kesepakatan nuklir antara Iran dan negara-negara Barat berpengaruh pada Mei 2018. Iran menanggapi dengan secara perlahan meninggalkan hampir semua aspek kesepakatan itu meski masih memberi para inspektur PBB akses ke lokasi-lokasi nuklirnya.
Trump bersikeras mengatakan, kesepakatan itu perlu dirundingkan karena tidak menyinggung program misil balistik Iran dan keterlibatan Teheran dalam konflik-konflik regional. Para penandatangan lain kesepakatan itu –Jerman, Prancis, Inggris, China dan Rusia – berusaha mempertahankan kesepakatan tersebut.
Menurut Khamenei, AS ingin Iran menghentikan program nuklirnya, membekukan fasilitas pertahanannya dan menyerahkan wewenang regionalnya di meja perundingan. Ia mengatakan sanksi-sanksi ekonomi yang diberlakukan AS ke Iran merupakan kejahatan terhadap Iran.
“Sanksi-sanksi itu tampaknya ditujukan ke sistem yang berkuasa di Iran, namun sesungguhnya ditujukan ke rakyat Iran,” kata Khamenei. Karena sanksi-sanksi yang memberatkan ini, menurutnya, rakyat Iran akhirnya menentang sistem yang berkuasa.
Peningkatan tajam harga bensin bersubsidi memicu kerusuhan empat hari di berbagai penjuru Iran, November lalu. Amnesty Internasional mengatakan, lebih dari 300 orang tewas akibat bentrokan dengan polisi dan pasukan keamanan dalam kerusuhan itu. [ab/uh]