Pejabat tinggi Amerika Serikat, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin, bergabung dengan beberapa pemimpin utama dari Afrika untuk membahas masalah perdamaian, keamanan dan tata kelola dalam KTT Pemimpin AS-Afrika pada Selasa (13/12).
Pertemuan tiga hari yang diselenggarakan oleh pemerintahan Presiden Joe Biden itu menghadirkan pemimpin dari 49 negara Afrika dan Uni Afrika untuk melakukan perundingan tingkat tinggi.
Dalam diskusi itu, Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud menyinggung masalah kelompok teroris al-Shabaab yang mengendalikan sebagian besar wilayah terpencil Somalia.
“Shabaab ataupun teroris di mana pun mereka berada tidak bisa hanya dikalahkan dengan kekuatan militer,” katanya.
Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat mengatakan, AS memberikan bantuan bilateral kepada sejumlah negara Afrika, termasuk Niger, Mozambik, Somalia dan Chad. Akan tetapi, ia mengakui bahwa pasukan tentara Afrika masih kekurangan perlengkapan militer.
“Tidak ada yang mendengar jeritan Afrika yang menderita akibat bencana yang berlarut-larut ini,” ujarnya.
Pemerintah AS menjadi tuan rumah bagi para pemimpin dan pejabat senior di Afrika pekan ini dalam upaya untuk bersaing dengan China untuk mendapatkan pengaruh di benua itu. Tujuannya adalah meyakinkan mereka bahwa AS menawarkan opsi yang lebih baik kepada mitra-mitranya di Afrika.
“Kami ingin memahami apa yang benar-benar penting bagi Anda,” kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin.
“Kami ingin memastikan bahwa kami melakukan hal-hal yang meningkatkan dan memberdayakan pasukan keamanan Anda dan membantu Anda membangun arsitektur keamanan Anda dengan cara yang menguntungkan Anda dan tentunya akan menciptakan stabilitas kawasan.”
Benua yang para pemimpinnya sering merasa kurang diperhatikan oleh negara-negara ekonomi terkemuka di dunia itu tetap penting bagi kekuatan global karena populasinya yang berkembang pesat, sumber daya alam yang besar dan blok pemungutan suara yang cukup signifikan di PBB.
Afrika tetap merupakan kepentingan strategis yang besar karena AS mengkalibrasi ulang kebijakan luar negerinya dengan fokus yang lebih besar pada China – yang dianggap pemerintahan Biden sebagai pesaing terbesar dalam sektor ekonomi dan militer.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, pada Senin (12/12) mengatakan bahwa pemerintah AS akan berkomitmen untuk membelanjakan anggaran sebesar $55 miliar (Rp855 triliun) di Afrika dalam tiga tahun ke depan dalam “berbagai sektor untuk mengatasi tantangan utama zaman kita.” [rd/ka]