Pemimpin de facto Suriah, Ahmad al-Sharaa, mengatakan pada Sabtu (14/12) bahwa Israel membuat alasan akal-akalan untuk membenarkan serangannya terhadap Suriah. Namun, ia menegaskan bahwa negara tersebut lebih fokus pada upaya pembangunan kembali setelah berakhirnya pemerintahan Bashar al-Assad dan tidak tertarik terlibat dalam konflik baru.
Sharaa, yang lebih dikenal sebagai Abu Mohammed al-Golani, memimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang menggulingkan Assad dari kekuasaan minggu lalu, berhasil mengakhiri pemerintahan otoriter keluarga tersebut selama lima dekade.
Sejak itu, Israel bergerak ke zona demiliterisasi di Suriah yang dibentuk setelah perang Arab-Israel 1973, termasuk sisi Suriah dari Gunung Hermon yang strategis menghadap Damaskus, di mana Israel mengambil alih pos militer Suriah yang ditinggalkan.
Israel menyatakan bahwa mereka tidak berniat untuk tinggal di sana dan menyebut serangan ke wilayah Suriah sebagai tindakan terbatas dan sementara untuk memastikan keamanan perbatasan. Selain itu, Israel juga membombardir persediaan senjata strategis Suriah.
BACA JUGA: Penjara Saydnaya: ‘Rumah Jagal’ Simbol Kekejaman Rezim AssadBeberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Yordania, mengutuk apa yang mereka sebut sebagai perebutan zona penyangga di Dataran Tinggi Golan oleh Israel.
"Argumen Israel telah melemah dan tidak lagi membenarkan pelanggaran mereka baru-baru ini. Israel dengan jelas telah melampaui batas keterlibatannya di Suriah, yang menimbulkan ancaman eskalasi yang tidak berdasar di wilayah tersebut," kata Sharaa dalam wawancara yang dipublikasikan di situs web Syria TV, saluran yang pro-oposisi.
"Kondisi Suriah yang lelah karena perang, setelah bertahun-tahun konflik dan perang, tidak memungkinkan terjadinya konfrontasi baru. Prioritas pada tahap ini adalah rekonstruksi dan stabilitas, bukan terseret ke dalam perselisihan yang dapat menyebabkan kehancuran lebih lanjut."
BACA JUGA: Pemberontak Suriah Bebaskan Warga AS yang Ditahan Selama Tujuh BulanIa juga menyatakan bahwa solusi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk memastikan keamanan dan stabilitas, dan bahwa "petualangan militer yang tidak diperhitungkan" tidak diinginkan.
Mengenai Rusia, yang intervensi militernya hampir satu dekade lalu membantu menguntungkan Assad dan memberikan suaka kepada pemimpin yang digulingkan itu awal minggu ini, Sharaa mengatakan bahwa hubungannya dengan Suriah harus didasarkan pada kepentingan bersama.
"Tahap saat ini membutuhkan manajemen hubungan internasional yang cermat," tambahnya. [ah/ft]