Para pemimpin dunia memuji sumbangsih kaum perempuan dan menyerukan keterbukaan yang lebih besar, pada peringatan Hari Perempuan Internasional yang jatuh hari Selasa (8/3).
“Hari ini – pada Hari Perempuan Internasional – kami mengukuhkan kembali tekad untuk mencapai dunia di mana setiap perempuan dan anak perempuan menikmati secara penuh hak-hak dan kebebasan mereka,” ujar Presiden Amerika Barack Obama Selasa.
Ditambahkannya, “Jika kita membantu perempuan dan anak perempuan, kita tidak saja membantu mereka, kita membantu seluruh dunia. Jika perempuan bisa meningkatkan dan mencapai potensinya secara penuh, ini akan membuat masa depannya lebih baik, lebih damai dan lebih sejahtera bagi kita semua.”
Presiden Obama juga mengatakan Menteri Luar Negeri John Kerry akan segera mengumumkan Strategi Global Untuk Memberdayakan anak perempuan, yang akan memberi pelajaran yang dibutuhkan oleh perempuan generasi mendatang untuk mengejar aspirasi mereka.
“Dari hak asasi manusia hingga keamanan, perempuan telah menjadikan dunia kita lebih baik”, ujar Kerry. Ditambahkannya, “kita mengenang pencapaian sangat luar biasa yang dicapai perempuan sepanjang sejarah dan kita memuji perempuan saat ini yang memimpin, memberi ilham dan bekerja memperbaiki komunitas mereka, mencari solusi konflik, menyembuhkan penyakit dan membangun masyarakat yang lebih damai dan sejahtera. Kita berjanji pada anak-anak perempuan bahwa kesempatan untuk meraih keberhasilan yang sama tidak akan dibatasi oleh gender.”
Sekjen PBB Ban Ki-Moon mengatakan telah berjuang untuk memberdayakan perempuan dalam sembilan tahun masa jabatannnya sebagai kepala badan internasional.
“Selama lebih dari sembilan tahun, saya telah mempraktekkan pemikiran ini dalam praktek di PBB. Kita telah banyak berhasil mendorong perempuan mencapai prestasi yang tidak bisa mereka capai sebelumnya, dan kini kita sedang menghapus asumsi dan bias dari masa silam sehingga perempuan juga bisa mencapai kemajuan di bidang-bindang baru,” ujar Ban Ki-Moon.
Perempuan dan laki-laki di negara seperti Georgia, Filipina, Inggris, China, India, Bangladesh, Belanda dan Amerika ikut berdemonstrasi, mengadakan diskusi panel dan konser.
Komisaris Tinggi PBB Untuk Pengungsi Filippo Grandi mengatakan 138 ribu pengungsi dan migran telah tiba di bagian selatan Eropa tahun ini.
“Dalam pandangan masyarakat, citra yang kerap melekat adalah seorang laki-laki tiba sendirian di Eropa untuk mencari pekerjaan. . Kini pada Hari Perempuan Internasional, saya ingin melaporkan bahwa justru dua per tiga pengungsi itu adalah perempuan dan anak perempuan, dibandingkan tahun lalu yang mencapai 41%,” ujar Grandi.
Grandi mengatakan lebih dari 35 ribu pengungsi dan migran yang terlantar di Yunani ditolak memasuki Macedonia. ‘’Ini menimbulkan dampak langsung pada perempuan dan anak perempuan yang secara tidak proporsional menderita dan menghadapi resiko besar eksploitasi seks dan perdagangan manusia,” tambah Grandi.
Di Ankara, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan “diatas segalanya perempuan adalah seorang ibu”, dalam pidato di hadapan kaum perempuan. ‘’Saya tahu mungkin ada yang marah dengan pernyataan ini, tetapi bagi saya diatas segalanya perempuan adalah seorang ibu’’.
Sejumlah pengecam menuding pemerintah Erdogan berupaya memberlakukan nilai-nilai Islam yang keras di Turki dengan membatasi kebebasan perempuan, meskipun presiden juga dikecam karena menyerukan kepada perempuan-perempuan Turki untuk melahirkan sedikitnya tiga orang anak.
Hari Minggu (6/3) polisi Turki menembakkan peluru karet untuk membubarkan ratusan orang yang ingin memperingati Hari Perempuan Internasional di Istanbul. Seorang pejabat lokal mengatakan melarang acara itu karena alasan keamanan.
Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengucapkan selamat kepada seluruh perempuan di negaranya, dengan mengatakan “martabat dan kasih perempuan menunjukkan jiwa Rusia sesungguhnya”.
"Perempuan membawa keindahan, cahaya dan harapan pada dunia. Kami bangga dan mencintai kalian,” ujar Putin dalam pidato yang disiarkan oleh stasiun televisi RU RTR.
Di Inggris, sebuah survei online atas 1.600 perempuan mendapati bahwa dua per tiga di antaranya telah mengalami pelecehan seksual di tempat umum dan lebih dari sepertiganya mengalami sentuhan seksual yang tidak diinginkan.
Survei oleh End Violence Against Women Coalition (EVAW) dan dirilis hari ini adalah untuk memusatkan perhatian pada isu-isu perempuan, bagi perempuan berusia 18-25 tahun, penganiayaan bahkan semakin biasa terjadi, dan 85% melaporkan adanya perhatian seksual yang tidak diinginkan dan hampir separuh lainnya mengalami sentuhan seksual yang tidak dikehendaki.
Di India, ratusan perempuan dari beragam agama melancarkan protes di Mumbai menuntut hak untuk masuk ke tempat-tempat ibadah, sama seperti laki-laki. Demonstrasi itu berlangsung sehari setelah puluhan aktivis perempuan ditangkap polisi di kota Nashik ketika berupaya memasuki sebuah kuil Hindu di mana perempuan dilarang masuk. [em/ii]