Pemimpin Junta Jamin Thailand 'akan Kembali ke Demokrasi'

PM Thailand Prayuth Chan-ocha memberikan sambutan dalam sajian santap malam pembukaan KTT Keamanan Asia, Shangri-a Dialogue di Singapura (3/6).

Junta militer tetap berkuasa pada saat bangsa itu mengkhawatirkan kesehatan Raja Bhumibol, (88 tahun), raja yang paling lama bertahta di dunia. Beberapa tahun terakhir, dia lebih banyak dirawat di sebuah rumah sakit Bangkok.

Kepala junta militer yang mendominasi Thailand, Prayuth Chan-o-cha, membela diri dengan mengatakan perampasan kekuasaan dua tahun lalu untuk menghindari kerusuhan lebih lanjut "atau bahkan perang saudara."

Prayuth, sebagai panglima tentara, memimpin kudeta tak berdarah Mei 2014 dan sejak itu menjadi perdana menteri, Jumat mengatakan kepada mereka yang menghadiri pertemuan puncak keamanan regional, "Saya dapat meyakinkan Anda bahwa Thailand akan kembali ke demokrasi."

Pengambilalihan militer, dengan menggulingkan pemerintahan sipil yang lemah, perlu dilakukan "untuk menjaga jalannya reformasi" dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada perekonomian kerajaan yang "telah kehilangan keseimbangan."

Junta militer tetap berkuasa pada saat bangsa itu mengkhawatirkan kesehatan Raja Bhumibol, yang pada usia 88 tahun adalah raja yang paling lama bertahta di dunia. Beberapa tahun terakhir, dia lebih banyak dirawat di sebuah rumah sakit Bangkok.

Untuk menyanggah kritik internasional bahwa militer menyapu kekuasaan dan menindas kebebasan sipil, Prayuth mengatakan, "Kami tidak berniat melanggar hak asasi manusia ... semua tindakan kami berdasarkan aturan hukum."

Di bawah pengawasan junta, konstitusi baru telah disusus dan rakyat akan melakukan pemungutan suara pada bulan Agustus, tapi perdebatan di seluruh spektrum politik domestik yang mengkritik piagam itu telah diberangus. [as/uh]