Pemimpin Mekong Sebagian Besar Abaikan Temuan Bendungan Sungai

Konferensi para pemimpin 6 negara anggota Komisi Sungai Mekong (MRC): China, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja dan Vietnam di in Hanoi, Vietnam.

Para pemimpin negara-negara anggota Komisi Sungai Mekong (MRC), kecuali Vietnam, hari Kamis (5/4) tidak banyak menunjukkan tanda-tanda akan mengindahkan seruan atau memikirkan kembali kebijakan air yang mendasar untuk berbagi jalur air tersebut, ketika mendapat pemaparan mengenai kemungkinan "menakutkan" pembangunan bendungan secara besar-besaran.

Pada KTT MRC ketiga di Siem Reap, Kamboja, perdana menteri dari empat negara anggota yang berbagi sungai itu menanggapi studi komprehensif selama 6 tahun oleh dewan badan itu yang memperingatkan konsekuensi berat jika semua rencana tentang bendungan itu dilaksanakan.

Di antara temuan yang paling mengkhawatirkan dari model mereka adalah hilangnya 97 persen potensi aliran sedimen ke Delta Mekong pada tahun 2040 jika rencana pembangunan saat ini sepenuhnya dijalankan.

Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc menyerukan tanggapan serius, mengatakan kepada KTT itu "ekosistem dan lingkungan Mekong sangat memburuk."

"Kekeringan yang berkepanjangan, penyusupan garam, erosi garis pantai dan tepi sungai dan penggerusan tanah, berarti ancaman bagi mata pencaharian lebih dari 20 juta orang," katanya.

"Oleh karena itu kita perlu mengambil tindakan konkret dan tepat waktu untuk memastikan bahwa Delta Sungai Mekong akan terus berkembang dan berfungsi sebagai penghasil utama beras untuk ketahanan pangan regional karena delta itu telah menjadi lumbung padi dan sumber ikan di wilayah tersebut selama ratusan tahun " kata Nguyen Xuan Phuc.

Para ilmuwan pada KTT itu menjelaskan ada "tuntutan mendesak" untuk merestrukturisasi metode pertanian dan merangkul teknologi terbarukan yang semakin bersaing seperti angin dan matahari. [my/al]