Departemen Kepolisian Kota New York telah membubarkan sebuah unit yang memata-matai Muslim di masjid-masjid dan tempat-tempat pertemuan masyarakat.
Seperti sebagian besar warga New York, Maimuna Abdul-Hakim merasa serangan 9/11 adalah pengingat bagi warga Amerika. Meningkatkan kewaspadaan merupakan respon yang diperlukan, tetapi anggota Masjid Islamic Brotherhood dan ibu tiga anak ini terkejut ketika mengetahui bahwa tempat ibadahnya menjadi target pengintaian Unit Demografi NYPD. Dia mengatakan lega ketika mengetahui bahwa unit itu telah dibubarkan.
“Apalagi saya sudah tinggal disini seumur hidup dan saya punya anak-anak yang tinggal disini, dan tidak kenal siapa orang-orang ini, kami merupakan komunitas yang erat; saya selalu waspada. Jadi saya senang. Sekarang sudah waktunya,” kata Maimuna Abdul-Hakim.
Abdul Sabir, petugas kebersihan Masjid itu dan seorang Muslim yang taat, juga menyambut baik kabar tersebut. “Saya sangat lega. Mereka mulai melihat bahwa kami adalah orang-orang yang damai. Tidak perlu memata-matai kami. Islam mengedepankan perdamaian. Jadi saya lega,” katanya.
Menurut Imam Al Hajj Talib Abdur al Rashid, presiden Dewan Kepemimpinan Islam Metropolitan New York, antipati terhadap mantan komisaris polisi Raymond Kelly mengenai pengintaian itu mengalir di kalangan kepemimpinan Muslim kota itu.
“Selama bertahun-tahun, kami telah mencoba secara konsisten untuk menjalin hubungan baik dengan NYPD. Banyak Imam merasa dikhianati karena mereka telah bekerja sama dengan NYPD, bekerja sama dengan bekas kepala polisi Kelly, namun selama ini mereka dimata-matai. Jadi ada kesan bahwa NYPD memanfaatkan mereka dan masjid untuk melakukan pengintaian. Dan seperti yang Anda tahu, program pengintaian NYPD ternyata tidak memberikan petunjuk satupun,” kata Imam Al Hajj Talib Abdur al Rashid.
Namun, Imam al Rashid tetap optimistis. Dia mengatakan dengan membubarkan Unit Demografi, Walikota Bill de Blasio telah menunjukkan komitmennya untuk mengakhiri diskriminasi agama, etnik dan ras.
“… tetapi apakah itu akan terwujud ke dalam kebijakan, masih belum jelas. Ada tantangan yang nyata untuk membuat kebijakan abad ke-21 di New York, kebijakan yang menjamin keamanan publik tanpa melanggar hak-hak asasi warga. Ini adalah tantangan; tetapi mereka dibayar untuk mengatasai tantangan,” tambahnya.
Sementara para pemimpin komunitas Muslim, polisi dan kantor walikota telah menyuarakan komitmen mereka untuk membangun kepercayaan, para wakil masyarakat mengatakan penyembuhan sejati hanya akan datang sewaktu mereka puas bahwa tidak ada diskriminasi resmi oleh unit kota atau departemen apapun.
Di sisi lain, para pejabat terus menegaskan komitmen mereka untuk melakukan apapun yang diperlukan dan sah secara hukum untuk melindungi warga New York dari terorisme.
“Apalagi saya sudah tinggal disini seumur hidup dan saya punya anak-anak yang tinggal disini, dan tidak kenal siapa orang-orang ini, kami merupakan komunitas yang erat; saya selalu waspada. Jadi saya senang. Sekarang sudah waktunya,” kata Maimuna Abdul-Hakim.
Abdul Sabir, petugas kebersihan Masjid itu dan seorang Muslim yang taat, juga menyambut baik kabar tersebut. “Saya sangat lega. Mereka mulai melihat bahwa kami adalah orang-orang yang damai. Tidak perlu memata-matai kami. Islam mengedepankan perdamaian. Jadi saya lega,” katanya.
Menurut Imam Al Hajj Talib Abdur al Rashid, presiden Dewan Kepemimpinan Islam Metropolitan New York, antipati terhadap mantan komisaris polisi Raymond Kelly mengenai pengintaian itu mengalir di kalangan kepemimpinan Muslim kota itu.
“Selama bertahun-tahun, kami telah mencoba secara konsisten untuk menjalin hubungan baik dengan NYPD. Banyak Imam merasa dikhianati karena mereka telah bekerja sama dengan NYPD, bekerja sama dengan bekas kepala polisi Kelly, namun selama ini mereka dimata-matai. Jadi ada kesan bahwa NYPD memanfaatkan mereka dan masjid untuk melakukan pengintaian. Dan seperti yang Anda tahu, program pengintaian NYPD ternyata tidak memberikan petunjuk satupun,” kata Imam Al Hajj Talib Abdur al Rashid.
Namun, Imam al Rashid tetap optimistis. Dia mengatakan dengan membubarkan Unit Demografi, Walikota Bill de Blasio telah menunjukkan komitmennya untuk mengakhiri diskriminasi agama, etnik dan ras.
“… tetapi apakah itu akan terwujud ke dalam kebijakan, masih belum jelas. Ada tantangan yang nyata untuk membuat kebijakan abad ke-21 di New York, kebijakan yang menjamin keamanan publik tanpa melanggar hak-hak asasi warga. Ini adalah tantangan; tetapi mereka dibayar untuk mengatasai tantangan,” tambahnya.
Sementara para pemimpin komunitas Muslim, polisi dan kantor walikota telah menyuarakan komitmen mereka untuk membangun kepercayaan, para wakil masyarakat mengatakan penyembuhan sejati hanya akan datang sewaktu mereka puas bahwa tidak ada diskriminasi resmi oleh unit kota atau departemen apapun.
Di sisi lain, para pejabat terus menegaskan komitmen mereka untuk melakukan apapun yang diperlukan dan sah secara hukum untuk melindungi warga New York dari terorisme.