Pemimpin Myanmar Lakukan Kunjungan Kenegaraan Bersejarah di China

Pemimpin de-fakto Myanmar Aung San Suu Kyi dan Perdana Menteri China Li Keqiang di Beijing, Kamis, 18 Agustus 2016 (Rolex Dela Pena/Pool Photo via AP).

Proyek pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air yang didanai China diperkirakan akan mendominasi pembicaraan antara pemimpin de-fakto Myanmar Aung San Suu Kyi dan Perdana Menteri China Li Keqiang di Beijing, Kamis (18/8).

Lawatan Aung San Suu Kyi ke ibukota China, Beijing, merupakan misi diplomatik penting pertamanya sejak partainya, Liga Nasional bagi Demokrasi, menang besar dalam pemilu tahun lalu yang akhirnya mengakhiri lima dekade kekuasaan pemerintah militer.

Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian ini dilarang menjadi presiden berdasarkan konstitusi yang disusun oleh militer, tetapi ia memegang beberapa jabatan penting, termasuk sebagai penasihat negara dan menteri luar negeri.

China ingin memulai kembali pembangunan proyek Myitsone yang berbiaya 3,6 miliar dolar di Myanmar Utara, di Sungai Irrawaddy. Sembilan puluh persen listrik yang dihasilkannya akan dialirkan ke China. Proyek tersebut dibekukan tahun 2011 oleh mantan Presiden Thein Sein, karena mendapat tentangan keras. Para penentang proyek pembangunan bendungan itu menyebut masalah lingkungan hidup dan kurangnya tenaga listrik di Myanmar sebagai alasan menghentikan proyek tersebut.

Sebuah komisi pemerintah Myanmar telah dibentuk untuk mengevaluasi proyek Myitsone dan beberapa rencana proyek PLTA lainnya.

Aung San Suu Kyi juga dijadwalkan membahas pembicaraan perdamaian antara pemerintahnya dan pasukan pemberontak etnis minoritas di perbatasan Myanmar-China. Pertempuran di kawasan itu telah menyebabkan banjir pengungsi ke China. Ia dijadwalkan bertemu Presiden Xi Jingping hari Jumat. [uh/ab]