Pemimpin oposisi Belarus, Sviatlana Tsikhanouskaya, Jumat 94/9), mengimbau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menghentikan pelanggaran hak asasi manusia di negaranya, sebulan setelah hasil pemilihan presiden yang disengketakan menyebabkan penangkapan ribuan pengunjuk rasa damai.
"Tuntutan bangsa sederhana," kata Tsikhanouskaya pada pertemuan informal Dewan Keamanan PBB melalui video dari Lithuania, di mana ia melarikan diri setelah hasil pemilu 9 Agustus diumumkan. "Penghentian segera kekerasan dan ancaman oleh rezim, pembebasan segera semua tahanan politik, dan pemilihan yang bebas dan adil" tambahnya.
Tsikhanouskaya juga meminta PBB untuk mengecam penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh dinas keamanan Belarus terhadap pengunjuk rasa; mengadakan sesi khusus Dewan Hak Asasi Manusia PBB; dan mengirim misi pemantauan internasional ke Belarus untuk mendokumentasikan situasi di lapangan.
BACA JUGA: Pemimpin Oposisi Belarus akan Berpidato di DK PBBIa mengatakan ada satu kendala untuk memenuhi tuntutan masyarakat.
"Hambatan ini adalah Lukashenko, seorang laki-laki yang sangat bergantung pada kekuasaan dan menolak untuk mendengarkan rakyatnya dan pejabat negaranya sendiri," katanya. “Sebuah bangsa tidak bisa dan tidak boleh menjadi sandera bagi dahaga satu orang akan kekuasaan. Dan itu tidak akan terjadi, " kata Tsikhanouskaya
Presiden Alexander Lukashenko telah berkuasa di Belarus selama 26 tahun, dan ia dinyatakan sebagai pemenang pemilu dengan lebih dari 80 persen suara. Sviatlana Tsikhanouskaya adalah lawan utamanya dalam persaingan tersebut. Ia menggantikan suaminya, Sergei, seorang blogger dan aktivis prodemokrasi yang bercita-cita menjadi presiden. Ia ditangkap pada akhir Mei dan dikenakan kasus pidana sehingga menghalangi pencalonannya. [my/pp]