Pemimpin oposisi Kamboja Sam Rainsy tampil di hadapan sebuah pengadilan di Phnom Penh, Selasa (14/1), untuk menjawab tuduhan-tuduhan bahwa ia menyulut kerusuhan selama protes buruh baru-baru ini.
Lima orang tewas dalam aksi penindakan polisi terhadap demonstrasi pada awal Januari, yang menuntut kenaikan upah bagi para pekerja sebuah pabrik konveksi dekat ibukota.
Partai Sam Rainsy, Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) mendukung protes itu. Namun, Rainsy membantah menyulut kekerasan dan mengatakan tuduhan itu bermotivasi politik.
Rainsy dan wakilnya, Kem Sokha, disambut ribuan pendukungnya sewaktu tiba di pengadilan di Phnom Penh itu untuk menjawab tuduhan-tuduhan itu.
Mu Sochua, seorang anggota parlemen dari kelompok oposisi, mengatakan, pemerintah tidak punya cukup bukti yang mendukung tuduhan bahwa CNRP menyulut kekerasan.
CNRP telah lama menuntut agar PM Hun Sen yang telah lama berkuasa mengundurkan diri dan menyerukan pemilu baru karena adanya dugaan kecurangan dalam pemilu Juli lalu.
Pemimpin berusia 61 tahun yang telah memerintah Kamboja selama 28 tahun, menegaskan kembali, Selasa (14/1), bahwa ia tidak akan mundur. Ia telah bersumpah untuk tetap berkuasa hingga mencapai usia 74 tahun.
Para pengecam mengatakan Hun Sen semakin bersikap otoriter dan memerintahkan pasukan keamanannya untuk menggunakan kekuatan berlebihan. Dalam insiden 3 Januari, lima orang tewas dan 40 lainnya terluka setelah unit militer elit melepaskan tembakan ke arah kerumunan demonstran yang melangsungkan protes di luar Phnom Penh. Para demonstran menuntut penggandaan upah minimum menjadi 160 dolar per bulan.
Partai Sam Rainsy, Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP) mendukung protes itu. Namun, Rainsy membantah menyulut kekerasan dan mengatakan tuduhan itu bermotivasi politik.
Rainsy dan wakilnya, Kem Sokha, disambut ribuan pendukungnya sewaktu tiba di pengadilan di Phnom Penh itu untuk menjawab tuduhan-tuduhan itu.
Mu Sochua, seorang anggota parlemen dari kelompok oposisi, mengatakan, pemerintah tidak punya cukup bukti yang mendukung tuduhan bahwa CNRP menyulut kekerasan.
CNRP telah lama menuntut agar PM Hun Sen yang telah lama berkuasa mengundurkan diri dan menyerukan pemilu baru karena adanya dugaan kecurangan dalam pemilu Juli lalu.
Pemimpin berusia 61 tahun yang telah memerintah Kamboja selama 28 tahun, menegaskan kembali, Selasa (14/1), bahwa ia tidak akan mundur. Ia telah bersumpah untuk tetap berkuasa hingga mencapai usia 74 tahun.
Para pengecam mengatakan Hun Sen semakin bersikap otoriter dan memerintahkan pasukan keamanannya untuk menggunakan kekuatan berlebihan. Dalam insiden 3 Januari, lima orang tewas dan 40 lainnya terluka setelah unit militer elit melepaskan tembakan ke arah kerumunan demonstran yang melangsungkan protes di luar Phnom Penh. Para demonstran menuntut penggandaan upah minimum menjadi 160 dolar per bulan.