Ribuan orang dan beberapa pemimpin dunia hari Jumat (24/4) berkumpul di Armenia untuk memperingati 100 tahun pembunuhan orang-orang Armenia di bawah kesultanan Usmaniah, Turki dalam PD I.
Tamu-tamu kenegaraan mengunjungi sebuah tugu peringatan di puncak bukit. Setiap tamu meletakkan bunga anyelir pada karangan bunga yang menjadi simbol peringatan.
Berbicara di lokasi tersebut di ibukota Yerevan dibayangi langit mendung Presiden Armenia, Serge Sarkisian menyampaikan terimakasih kepada pemimpin dunia atas kehadiran dan komitmen mereka bagi nilai-nilai kemanusiaan dengan mengatakan tidak ada yang dilupakan,
Armenia negara dengan penduduk 3.2 juta orang, menyebut pembunuhan hingga 1,5 juta warga Armenia dalam PD I sebagai genosida. Turki mengakui bahwa warga Kristen Armenia tewas dalam pertempuran tapi menolak disebut sebagai genosida.
Dalam pidatonya Presiden Sarkisian mengatakan “pengakuan genosida bukan sebutan dunia bagi orang-orang Armenia dan para syuhada kita, pengakuan genosida merupakan kejayaan dari kesadaran manusia dan keadilan atas sikap non toleran dan kebencian”.
Presiden Armenia itu menyampaikan harapan bahwa langkah-langkah baru-baru ini untuk mengakui pembunuhan itu sebagai genosida akan membantu “menyingkirkan kegelapan akibat penyangkalan selama 100 tahun.”
Perancis yang memiliki populasi bangsa Armenia yang cukup besar, kata Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan tidak akan pernah melupakan penduduk Armenia yang dibantai oleh bangsa Turki karena dikira berpihak kepada Rusia, dalam masa perang.
Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan kehadirannya pada acara itu juga “untuk ikut serta dalam rekonsiliasi”.
“Berada di Yerevan hari ini juga berpartisipasi dalam ketentraman, rekonsiliasi dan melangkah maju, karena kenangan seharusnya tidak digunakan untuk memecah belah tapi untuk bersatu” kata Hollande.
Presiden Rusia Vladimir Putin menghimbau dukungan yang sama dari negara-negara tetangganya dan menghormati kepentingan mereka bersama”.
“Mengenang kejadian tragis selama beberapa tahun terakhir, kita harus menatap masa depan dengan rasa optimistis dan percaya pada persahabatan yang baik, tetangga yang baik, dan dukungan bersama, belajar mewujudkan kebaikan, menghormati satu sama lain dan kepentingan masing-masing”, kata Putin.
Presiden Serbia dan Cyprus termasuk di antara para pemimpin dunia yang menghadiri upacara peringatan itu. Parlemen Eropa, Perancis dan negara lainnya menyebut pembunuhan itu genosida sementara beberapa negara termasuk Amerika menahan diri dari menggunakan istilah itu.
Presiden Jerman Joachim Gauck hari Kamis mengecam pembunuhan masal itu sebagai “genosida”, istilah yang di masa lalu ditolak pemerintah Berlin.
Di Istanbul hari Jumat, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengulangi “belasungkawanya” kepada para korban, keturunannya tanpa menyebutnya sebagai ‘genosida’.
Meski demikian seorang menteri pemerintah Turki yang menghadiri acara di Gereja Armenia di Istanbul, hari Jumat, untuk menghormati mereka yang tewas dalam pembunuhan masal 1915, sikap yang baru pertama ditunjukkan pejabat pemerintah Turki.
Volkan Bozkir menteri Turki untuk hubungan dengan Uni Eropa mengatakan “Turki menghormati penderitaan saudara Armenia kita, Kami tidak menentang peringatan kepedihan ini, kami merasa wajib menghadiri acara ini”
Gereja Armenia itu memberi gelar santo bagi 1,5 juta korban dalam sebuah misa hari Kamis.
Ratusan ribu orang datang ke Yerevan, untuk memperingati pembantaian itu, peristiwa yang telah menimbulkan perselisihan diplomatik.
Turki menyangkal pembunuhan penduduk Armenia oleh kekaisaran Turki Utsmaniyah itu sebagai genosida. Mereka mengatakan warga Armenia gugur dalam pertempuran selama berlangsung perang saudara, di mana mereka dibantu oleh Rusia. Turki mengatakan jumlah kematian jauh lebih kecil dari satu setengah juta orang.