Pemimpin Perempuan di Forum Ekonomi Dunia Terkejut dengan Pengunduran Diri Jacinda Ardern

  • Associated Press

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern hadir dalam konferensi pers di Sydney, Australia, pada 8 Juli 2022. (Foto: Reuters/Loren Elliott)

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern membuat banyak pihak terkejut ketika ia mengumumkan akan meninggalkan jabatannya pada awal bulan depan. Ia mengatakan kesempatan untuk memimpin negaranya merupakan suatu keistimewaan, tetapi ia tidak lagi memiliki cukup tenaga untuk menjalankan tugasnya untuk satu masa jabatan lagi.

Sejumlah pemimpin perempuan yang hadir dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos memuji kepemimpinan Ardern pada saat-saat tersulit yang dialami oleh Selandia Baru dan keputusannya untuk mengundurkan diri.

Presiden Parlemen Uni Eropa Roberta Metsola mengatakan sebagai salah seorang pengagum Ardern, ia terkejut dengan pengunduran diri Ardern namun ia menghormati keputusan itu.

"Bahkan sebelum saya bertemu langsung dengannya, saya adalah salah seorang pengagum utamanya. Cara ia mengambil keputusan dan menyelesaikan serangan Christchurch yang mengerikan; juga serangan terhadap dirinya sendiri oleh orang-orang – terutama laki-laki – ketika ia bicara, melakukan sesuatu yang berani dan mewakili apa yang seharusnya dilakukan para pemimpin perempuan…"

"Ketika saya mendengar kabar ia akan mengundurkan diri, hmmm sebenarnya ibu saya yang memberitahu… Di satu sisi saya sangat sedih, tetapi kemudian jadi marah ketika melihat reaksi dan tanggapan terhadap pengumumannya. Saya jadi bertanya-tanya mengapa ia merasa tidak memiliki cukup tenaga untuk memimpin? Di saat seperti ini lah kita, sebagai sesama perempuan, seharusnya saling memberi dukungan. Namun demikian saya menghargai keputusannya dan berharap dapat bertemu lagi dengannya sebagai teman. Saya harap warisan yang ditinggalkannya akan membuat lebih banyak perempuan muda Selandia Baru mengisi peran kepemimpinan yang ada," ujar Metsola.

Hal senada disampaikan Anjhula Mya Singh Baiks, Ketua Dewan Internasional di Amnesty International.

"Pemimpin yang baik mengenal dirinya sendiri. Jika ia tidak lagi memiliki cukup tenaga, sebagaimana yang disampaikannya, maka merupakan suatu hal yang etis ketika mundur dan memberi kesempatan bagi orang lain. Jadi pada dasarnya ia mencontohkan apa yang harus dipelajari para pemimpin laki-laki… saya sangat terkesan." [em/jm]