Suthep Thaugsuban menyerukan pengakhiran unjuk rasa yang telah membekukan kegiatan penting di pusat Bangkok sejak pertengahan Januari.
BANGKOK —
Sebuah perubahan bermakna terjadi pada konflik politik Thailand dengan seruan penghentian demonstrasi di jalanan pusat kota Bangkok dari para pemimpin protes, sebuah tindakan yang bisa melapangkan jalan untuk perundingan.
Keputusan ini diambil menyusul serangan yang terus meningkat terhadap tempat unjuk rasa dan seruan dari Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry untuk melakukan penyelidikan atas kekerasan yang baru-baru ini terjadi.
Pemimpin unjuk rasa dan mantan anggota parlemen Suthep Thaugsuban menyerukan pengakhiran unjuk rasa yang telah membekukan kegiatan penting di pusat Bangkok sejak pertengahan Januari, dalam sebuah kampanye anti-pemerintah guna memaksa Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra undur diri.
Langkah ini bisa membuka kembali jalan-jalan utama di Bangkok Senin (3/3), dan meredakan ketegangan politik yang memicu kekerasan hingga ke luar Bangkok sampai ke kawasan provinsi lainnya.
Korban luka akibat unjuk rasa yang berawal dari November mencapai ratusan, sementara korban jiwa mencapai 20 orang, termasuk empat anak-anak yang keluarganya tidak terlibat protes, namun menjadi korban ketika orang menembak ke arah lokasi demonstrasi di Rayong dan Bangkok.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, dalam pernyataannya, menyerukan kepada pejabat Thailand untuk melakukan penyelidikan terhadap serangan yang terjadi dan mengadili mereka yang bertanggung jawab. Kerry mengatakan khususnya, kematian anak-anak itu sangat memprihatinkan.
Kraisak Choonhavan, dari Partai Oposisi Demokrat dimana Suthep adalah anggota, mengatakan sudah saatnya menghentikan protes karena mereka telah gagal memaksa Yingluck undur diri.
"Yang terpenting adalah fakta bahwa unjuk rasa ini tidak akan menghasilkan apa-apa apabila terus berlangsung seperti ini. Jadi harus dicari cara lain,” ujarnya.
Pengakhiran unjuk rasa ini dilakukan selagi kekhawatiran terus berkembang dari sektor perbankan dan bisnis atas dampaknya terhadap ekonomi Thailand, sementara kepercayaan investor dan permintaan dalam negeri merosot tajam dalam beberapa minggu terakhir.
Juga kekhawatiran semakin besar dengan munculnya kelompok pro-pemerintah dan milisi terorganisir yang meningkatkan serangan ke lokasi pengunjuk rasa anti-pemerintah di Bangkok.
Keputusan ini diambil menyusul serangan yang terus meningkat terhadap tempat unjuk rasa dan seruan dari Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry untuk melakukan penyelidikan atas kekerasan yang baru-baru ini terjadi.
Pemimpin unjuk rasa dan mantan anggota parlemen Suthep Thaugsuban menyerukan pengakhiran unjuk rasa yang telah membekukan kegiatan penting di pusat Bangkok sejak pertengahan Januari, dalam sebuah kampanye anti-pemerintah guna memaksa Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra undur diri.
Langkah ini bisa membuka kembali jalan-jalan utama di Bangkok Senin (3/3), dan meredakan ketegangan politik yang memicu kekerasan hingga ke luar Bangkok sampai ke kawasan provinsi lainnya.
Korban luka akibat unjuk rasa yang berawal dari November mencapai ratusan, sementara korban jiwa mencapai 20 orang, termasuk empat anak-anak yang keluarganya tidak terlibat protes, namun menjadi korban ketika orang menembak ke arah lokasi demonstrasi di Rayong dan Bangkok.
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, dalam pernyataannya, menyerukan kepada pejabat Thailand untuk melakukan penyelidikan terhadap serangan yang terjadi dan mengadili mereka yang bertanggung jawab. Kerry mengatakan khususnya, kematian anak-anak itu sangat memprihatinkan.
Kraisak Choonhavan, dari Partai Oposisi Demokrat dimana Suthep adalah anggota, mengatakan sudah saatnya menghentikan protes karena mereka telah gagal memaksa Yingluck undur diri.
"Yang terpenting adalah fakta bahwa unjuk rasa ini tidak akan menghasilkan apa-apa apabila terus berlangsung seperti ini. Jadi harus dicari cara lain,” ujarnya.
Pengakhiran unjuk rasa ini dilakukan selagi kekhawatiran terus berkembang dari sektor perbankan dan bisnis atas dampaknya terhadap ekonomi Thailand, sementara kepercayaan investor dan permintaan dalam negeri merosot tajam dalam beberapa minggu terakhir.
Juga kekhawatiran semakin besar dengan munculnya kelompok pro-pemerintah dan milisi terorganisir yang meningkatkan serangan ke lokasi pengunjuk rasa anti-pemerintah di Bangkok.