Presiden Turki dan presiden Rusia bertemu di kota peristirahatan Sochi di Laut Hitam, Selasa (22/10), beberapa jam sebelum gencatan senjata lima hari di Suriah Utara antara pasukan Turki dan laskar Kurdi Suriah berakhir.
Pembicaraan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin kemungkinan besar sangat penting dalam menentukan pengaturan di perbatasan Suriah-Turki, di mana Ankara menuntut dibersihkannya “zona aman” di sana dari para pejuang Kurdi.
Rusia telah memperkuat perannya sebagai perantara kekuasaan di Suriah, terutama setelah AS mendadak memutuskan untuk menarik pasukannya keluar dari Suriah Timur Laut dua pekan silam. Penarikan ini membuka jalan bagi Turki untuk meluncurkan ofensifnya terhadap para pejuang Kurdi pada 9 Oktober lalu. Ofensif itu dihentikan untuk sementara selama lima hari ini berdasarkan perjanjian gencatan senjata yang diperantarai AS.
BACA JUGA: Erdogan Kecam Sekutu Barat soal Konflik Suriah Menjelang Pertemuan dengan PutinRakyat Kurdi mencari perlindungan dengan berpaling kepada pemerintah Suriah dan sekutu utamanya, Rusia. Militer Suriah telah bergerak maju memasuki beberapa bagian kawasan, dan Rusia menempatkan pasukannya di beberapa daerah sebagai kekuatan penyangga.
Rusia memiliki pengaruh kuat dengan semua pihak yang mengincar untuk menguasai wilayah di perbatasan. Turki telah mengisyaratkan keinginannya agar Rusia membujuk pemerintah Suriah untuk melepaskan kontrol atas satu wilayah besar di bagian timur laut. Laskar Kurdi berharap Rusia dapat mengusir Turki dan memastikan mereka tetap mempertahankan otonomi yang mereka perjuangkan dalam perang saudara di Suriah. [uh/lt]