Berbicara dalam acara TV ABC News, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ia membayangkan Israel akan “memiliki tanggung jawab keamanan secara menyeluruh” di Gaza untuk periode yang tidak ditentukan setelah mencapai targetnya menyingkirkan Hamas.
Ketika ditanya oleh penyiar ABC, David Muir, terkait siapa yang akan memerintah Gaza setelah perang ini selesai, Netanyahu menjawab, “Mereka yang tidak ingin melanjutkan jalan yang ditempuh Hamas, saya pikir Israel, untuk jangka waktu yang tidak terbatas, akan memiliki tanggung jawab keamanan secara keseluruhan karena kita telah melihat apa yang terjadi. Ketika kita tidak memilikinya, ketika kita tidak memiliki tanggung jawab keamanan itu, apa yang kita miliki adalah letusan teros Hamas dalam skala yang tidak bisa kita bayangkan.”
Pada sisi yang lain, para pemukim Israel yang dulu tinggal di Jalur Gaza hingga penarikan sepihak pada 2005, saat ini berencana kembali ke wilayah itu.
Your browser doesn’t support HTML5
Meskipun pemerintah Israel tidak mendorong perpindahan itu, banyak yang berpendapat bahwa perang Israel melawan Hamas adalah kesempatan bagi mereka untuk kembali ke permukiman yang telah mereka tinggalkan.
Mereka tidak menyebut kawasan itu sebagai Gaza, tetapi sebagai rumah mereka. Bagi ribuan warga Israel yang dulu tinggal di Jalur Gaza hingga 2005, ketika pemerintah Israel menarik kembali semua pasukan dan para pemukim, ada harapan tinggi bahwa mereka akan diizinkan kembali, ketika perang Israel-Hamas berakhir. Pemerintah Israel tidak mengindikasikan bahwa upaya kembali itu akan dimungkinkan.
Anita Tucker, mantan pemukim Israel di Gaza, mengatakan, “Jadi, hari ini saya berpikir, wow, tanah itu masih kosong, Anda bisa melihatnya di peta, melihatnya di Google Maps. Di sinilah tempat kami seharusnya membangun sebuah kota besar yang indah, mungkin untuk Yahudi ultra-ortodoks yang ingin datang dan hidup di sana.”
Anita Tucker lahir di New York, datang ke Israel pada tahun 1960an dan hidup di permukiman di Gaza selama 30 tahun. Dia menjadi bagian dari kelompok pemukim yang dikirim pemerintah Israel ke jalur itu pada tahun 1970-an untuk mengembangkan sektor pertanian di sana. Secara keseluruhan, sekitar 20 pemukiman telah dibuka di Gaza, kebanyakan dipimpin oleh pemuka agama Yahudi.
Orna Fridman, salah seorang dari mereka. Dia datang ke Jalur Gaza pada 1982, hanya beberapa saat setelah menikah, ketika banyak warga Yahudi Israel meninggalkan semenanjung Sinai setelah perjanjian perdamaian dengan Mesir.
“Antara tahun ’82 dan ’95, ini adalah tempat yang indah, tempat itu sunyi, tempat itu damai, dengan pemandangan laut yang cantik, tempat yang sangat bagus untuk hidup. Orang-orang akan berkunjung dan mengatakan, oke, ini seperti berlibur,” komentarnya.
Namun di pertengahan tahun 90an, kata dia, banyak hal mulai berubah. Kekerasan menjadi sesuatu yang rutin terjadi, khususnya setelah intifada pertama. Banyak dari pemukim yang tinggal di Gaza menyatakan bahwa keputusan pemerintah Isral untuk terlibat dalam proses perdamaian dengan Palestina adalah kesalahan yang mengubah hidup mereka.
Debbie Rosen, mantan pemukim Israel di Gaza, mengungkapkan, “Namun, yang mengerikan adalah Oslo, proses di Oslo, Perjanjian Oslo, 1993, 1994 dan 1995, yang menyatakan Gaza dan Jerikho pertama.”
Debbie Rosen adalah juru bicara untuk hampir 10 ribu warga Yahudi yang dulu tinggal di Jalur Gaza hingga 2005. Mayoritas dari mereka melawan keputusan pemerintah Israel yang meminta mereka pindah, dan protes pecah di seluruh permukiman.
Ketika Fridman meninggalkan Gaza, dia pindah ke permukiman Mevo Horon di Tepi Barat. Dia dan mantan pemukim Gaza yang lain memutuskan untuk memberi nama jalan-jalan sebagaimana tempat di mana mereka tinggal dulu. Dia, seperti juga kebanyakan orang di sana, percaya bahwa tanah yang dulu mereka diami telah diberikan kepada bangsa Yahudi oleh Tuhan.
“Jika warga Arab memahami bahwa ini adalah tanah kami, dan ini adalah rumah kami dan mereka menjadi tetangga yang baik, kita bisa tinggal bersama. Tetapi, mereka harus memahami siapa yang memiliki tanah ini,” jelasnya.
Fridman mengatakan, dia siap kembali ke Gaza secepatnya, begitu tentara Israel bisa mengontrol wilayah tersebut. Dia menyimpan foto-foto dan kenangan tentang Gaza di seluruh bagian rumahnya. Ketika dulu dia meninggalkan Gaza, dia membawa pohon zaitun dan menanamnya di tempat barunya.
Tucker juga menyimpan berbagai kenangan dari Gaza di semua tempat. Tetapi, tidak seperti Fridman, dia tetap menyimpan harapan kecil untuk kembali hidup di tengah warga Palestina.
“Mungkin kita pilih seseorang yang punya hubungan dengan itu, mungkin kita sudah mengebomnya. Mungkin tidak cukup baik untuk membunuh semua orang. Taruh saja mereka di perahu, itu sangat manusiawi. Saya bertemu dengan seorang reporter Jerman, saya katakan, bawa mereka ke Jerman, apa masalahnya, Anda sangat manusiawi, bawa mereka. Tetapi dia menolaknya,” jelasnya.
BACA JUGA: Netanyahu: Israel Terbuka bagi Jeda Taktis untuk Pengiriman Bantuan, Pembebasan SanderaTucker tinggal di komunitas pedesaan di Israel tengah, di mana setiap warganya datang dari Gaza. Dia mengatakan, mereka sudah merencanakan kota baru yang seharusnya bisa dibangun di jalur itu setelah perang.
“Kami mulai bekerja, kami telah berbicara dengan sejumlah perencana kota, dan kami sedang berunding dengan orang-orang yang mengecek lokasi, yang memiliki peta masa lalu, dan di masa depan, untuk memilih tempat yang tepat.”
Pemerintah Israel tidak menyatakan bahwa mereka bermaksud mengizinkan para pemukim seperti Fridman, Rosen, Tucker dan lainnya untuk kembali ke tempat yang dulu menjadi rumah mereka. Pemerintah juga tidak menyatakan, apa yang akan terjadi di Gaza setelah perang melawan militan Hamas yang berlanjut tanpa jelas kapan berakhir. [ns/ka]