Penanganan Anak Korban Kekerasan Seksual di Bekas Lokalisasi Prostitusi Butuh Keseriusan

  • Petrus Riski

Walikota dan Komisioner Komnas HAM memberikan hadiah kepada anak-anak yang sempat tinggal di sekitar lokalisasi. (VOA/Petrus Riski)

Persoalan anak korban kekerasan seksual dan sejenisnya, banyak ditemui di lingkungan bekas lokalisasi prostitusi Dolly dan Jarak.

Selain melakukan pendampingan, Pemerintah Kota Surabaya bersama pihak terkait mengupayakan menyembuhkan traumatik, yang dialami anak-anak di sekitar bekas tempat pelacuran itu.

Sekitar 50 anak yang tinggal di sekitar bekas lokalisasi prostitusi Dolly dan Jarak menjalani pendampingan dan bimbingan oleh Pemerintah Kota Surabaya, bekerjasama dengan beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menangani masalah anak. Relawan pendampingan anak dari Krisis Center Cahaya Mentari, Mariani Zaenal mengatakan, anak-anak yang ditangani merupakan korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang-orang terdekat.

Mariani menambahkan, kekerasan seksual yang dialami oleh anak-anak, banyak disebabkan oleh pengaruh buruk lingkungan tempat tinggal, yang kebetulan berada di dekat lokalisasi prostitusi Dolly dan Jarak. Menurut catatan Mariani, anak-anak di wilayah Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan merupakan daerah asal anak-anak yang banyak didampingi, yang itu merupakan tempat adanya lokalisasi prostitusi.

Menurut Psikiater Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang bertugas di RSUD dr. Soewandi Surabaya, Agung Budi Setiawan, anak yang mengalami traumatik khususnya untuk kasus kekerasan seksual membutuhkan penanganan khusus dan waktu yang lama, sehingga upaya pencegahan akan lebih efektif daripada mengobati.

Sementara itu Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (Bapemas KB) Kota Surabaya, Nanis Chairani mengatakan, persoalan kekerasan dan perdagangan anak di kawasan sekitar lokalisasi prostitusi, menjadi alasan utama pemerintah kota menutup lokalisasi prostitusi, yang dirasa sudah sangat mengkhawatirkan.