Penangkapan migran yang melintasi perbatasan secara ilegal dari Meksiko turun 7% pada September ke titik terendah dalam lebih dari empat tahun, pihak berwenang mengatakan, Selasa. Itu kemungkinan tolok ukur bulanan terakhir selama kampanye presiden di mana calon dari Partai Republik Donald Trump menjadikan imigrasi sebagai isu utama.
Patroli Perbatasan menangkap 53.858, turun dari 58.009 pada Agustus. Ini angka terendah sejak Agustus 2020, dengan jumlah orang yang ditangkap 47.283, menurut Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS.
Hampir setengah dari jumlah yang ditangkap adalah orang Meksiko. Mereka bagian yang lebih besar dari beragam negara asal imigran. Pada Desember, ketika orang yang ditangkap mencapai titik tertinggi sepanjang masa yaitu 250.000, kurang dari 1 dari 4 adalah orang Meksiko. Jumlah migran yang ditangkap di perbatasan, dari Guatemala, Honduras, Kolombia, dan Ekuador, telah anjlok tahun ini.
BACA JUGA: Trump Serukan Hukuman Mati bagi Migran Pembunuh Warga AmerikaSan Diego kembali menjadi koridor tersibuk untuk masuknya migran ilegal pada September, diikuti oleh El Paso, Texas, dan Tucson, Arizona. Untuk tahun fiskal pemerintah yang berakhir pada 30 September, Patroli Perbatasan untuk pertama kali menangkap 1,53 juta orang. Dua tahun berturut sebelumnya, jumlah migran ilegal yang ditangkap melampaui 2 juta per tahun.
Menurut Gedung Putih, turunnya jumlah migran ilegal yang ditangkap adalah bukti bahwa pembatasan suaka yang ketat yang diberlakukan pada Juni telah memberi dampak yang diinginkan. Gedung Putih menyalahkan anggota Kongres dari fraksi Republik yang menentang RUU keamanan perbatasan yang gagal pada Februari. Wakil Presiden Kamala Harris menggunakan itu untuk menyerang Trump, sambil mencoba meredam kritik bahwa pemerintahan Biden lemah dalam penegakan hukum imigrasi.
Federasi Reformasi Imigrasi Amerika, yang kerap mengkritik dan mendukung pembatasan imigrasi, mengaitkan turunnya jumlah migran ilegal dengan penegakan hukum yang lebih ketat oleh pejabat Meksiko di dalam perbatasan negara itu. Mereka mengatakan bahwa Gedung Putih "pada dasarnya mengalihdayakan keamanan perbatasan AS ke Meksiko sebelum pemilu 2024 — kebijakan yang dapat dibatalkan kapan saja sesuai keinginan pemerintah Meksiko." [ka/lt]