Pemenang tiga kali Piala Oscar untuk penata kostum terbaik, Colleen Atwood ternyata mendapatkan salah satu inspirasi untuk merancang kostum dari desain pakaian tradisional Indonesia.
Atwood, yang kali ini kembali masuk nominasi sebagai penata kostum terbaik lewat film "Fantastic Beasts and Where to Find Them", sangat mengagumi tekstur dari baju-baju tradisional Indonesia.
Atwood yang pernah masuk 11 kali nominasi dan menang lewat karya di films "Chicago" (2002), "Memoirs of a Geisha" (2005) dan "Alice in Wonderland" (2010), mengungkapkan bahwa ide untuk pembuatan kostum peran Alice dalam "Alice Through the Looking Glass", diinspirasi oleh kostum penari Bali.
"Kostum ini disesuaikan dengan cerita dimana Alice sudah kembali dari negeri China. Seluruhnya buatan tangan, saya mulai dengan ide dari desain bunga. Lalu saya tambahkan sedikit elemen seperti topi supaya sesuai dengan gaya Alice," jelas Atwood kepada VOA, Rabu (22/2) sambil menunjukkan pola desainnya yang dipajang di Fashion Institute of Design and Merchandising, di LA, California.
"Warna dasar saya ambil dari warna-warna dasar (kain) Indonesia. Untuk ornamen-ornamen dan pernak-pernik kecil saya ambil dari kostum penari Indonesia yang saya punya di rumah," tambahnya.
Sebagai penata kostum film, Atwood yang berasal dari kota kecil Yakima, Washington ini, dikenal dengan karya-karya artistik desain yang menggabungkan imajinasi, tradisi dan adibusana.
Untuk "Fantastic Beasts", Atwood dan timnya mempersiapkan lebih dari 4.000 kostum untuk mendandani semua orang yang tampil dalam film itu.
"Selain itu kami juga membuat 1.200 kostum lain. Jadi kami menjahit, melakukan pengepasan dan mendesain sepanjang jalannya syuting karena produksinya sangat besar,” ujar Atwood.
Karya-karya Atwood yang spektakuler pertama kali mendapatkan perhatian publik lewat film "Edward Scissorhands" (1990), "The Silence of the Lambs" (1991), "Planet of the Apes" (2001) dan "Mission Impossible III" (2006). Sementara untuk layar televisi, Colleen menciptakan kostum untuk para pahlawan super untuk serial 'Arrow' (2012) dan 'Flash' (2014).
"Saya datang ke Indonesia beberapa tahun lalu untuk proyek 'Black Hat'. Saya beli banyak sekali perhiasan Indonesia. Saya suka sekali bahannya, sangat indah. Perhiasan-perhiasan untuk seremoni (tradisional) juga sangat indah. Lalu saya pergi ke pasar dan saya beli banyak (perhiasan) untuk koleksi saya... saya tidak menyangka koleksi ini menjadi bagian dari inspirasi desain-desain saya sekarang," kata Atwood, dengan menambahkan bahwa ia senang dengan kota Jakarta, pulau Bali dan Lombok.
"Coba lihat, desain ini seperti penari Bali yang saya kombinasikan dengan ide dari Cina, dan saya membuat versi baru. Teman dari bagian efek visual sangat menyukainya".
Atwood juga melihat perkembangan industri film dan televisi Indonesia sangat maju pesat.
"Anda harus berkolaborasi dengan industri film di Cina, mereka sangat maju," tambahnya.
Saat ditanya mengenai tips untuk para desainer Indonesia, Atwood mengatakan: "Kalau Anda orang Indonesia dan ingin menjadi desainer, Anda berada di tambang emas keindahan tekstil (mode) dari negara anda. Seluruh desain tradisional dapat diterjemahkan untuk inspirasi fashion. This is a gift for you."