Aplikasi Phone Oximeter dapat mengukur kadar oksigen dalam darah dan menyelamatkan banyak nyawa di negara-negara berkembang.
Sebuah aplikasi teknologi baru telah dikembangkan untuk ponsel pintar dan tablet komputer, yang selain sangat mudah dibawa, digunakan dan murah, juga dikatakan dapat menyelamatkan nyawa di negara-negara berkembang.
Dari enam miliar pengguna ponsel di dunia, para ahli mengatakan duapertiganya tinggal di negara-negara berkembang, tempat jutaan anak meninggal setiap tahun karena kekurangan oksigen akibat penyakit paru-paru basah atau pneumonia. Infeksi paru-paru tersebut sangat bisa diobati dengan antibiotik, namun seringkali yang merawat anak tersebut tidak paham kondisi kritis anak tersebut.
Untuk itu, Dr. Mark Ansermino dari University of British Columbia dan para koleganya mengembangkan alat kecil dan murah yang dapat dikaitkan di earphone ponsel atau tablet yang mengukur oksimetri atau kadar oksigen. Kadar oksigen dalam darah terkadang disebut sebagai tanda vital kelima, setelah detak jantung, suhu, laju pernafasan dan tekanan darah.
Aplikasi yang disebut Phone Oximeter itu mendapat datanya dari penjepit yang ditempelkan ke ujung jari atau daun telinga.
Ansermino, seorang ahli anestesi anak-anak, mengatakan alat ini memancarkan sinar dengan panjang gelombang yang berbda melalui kulit, memanfaatkan karakteristik darah yang unik.
"Saat Anda memiliki oksigen dalam darah, sinarnya merah dan jika tidak ada oksigen, warnanya berubah biru. Jadi kita bisa tahu berapa banyak kandungan oksigen dalam darah," ujar Ansermino.
Ansermino mengatakan Phone Oximeter, yang diperkirakan akan berharga antara $10 to $40, menghasilkan pembacaan oksimetri yang akurat seperti yang ada di rumah-rumah sakit Barat, yang berharga ribuan dolar.
Aplikasi tersebut, menurut Ansermino, dirancang untuk penggunaan pada tingkat komunitas, supaya dapat digunakan oleh pekerja kesehatan yang hanya mendapat pelatihan minimal.
"Mereka dapat memeriksa anak-anak yang mungkin memiliki kesulitan bernafas atau flu berat dan dengan alat ini, dan pertanyaan-pertanyaan dasar, dapat melakukan penilaian atau diagnosa, dan mungkin bisa memberikan antibiotik," ujarnya.
Alat ini dapat meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi risiko pada kehamilan yang mengancam nyawa.
Menulis dalam jurnal Anesthesia and Analgesia, Ansermino mengatakan ponsel pintar dan tablet memiliki peran lain sebagai alat bergerak yang dapat digunakan untuk perawatan medis.
Dari enam miliar pengguna ponsel di dunia, para ahli mengatakan duapertiganya tinggal di negara-negara berkembang, tempat jutaan anak meninggal setiap tahun karena kekurangan oksigen akibat penyakit paru-paru basah atau pneumonia. Infeksi paru-paru tersebut sangat bisa diobati dengan antibiotik, namun seringkali yang merawat anak tersebut tidak paham kondisi kritis anak tersebut.
Untuk itu, Dr. Mark Ansermino dari University of British Columbia dan para koleganya mengembangkan alat kecil dan murah yang dapat dikaitkan di earphone ponsel atau tablet yang mengukur oksimetri atau kadar oksigen. Kadar oksigen dalam darah terkadang disebut sebagai tanda vital kelima, setelah detak jantung, suhu, laju pernafasan dan tekanan darah.
Aplikasi yang disebut Phone Oximeter itu mendapat datanya dari penjepit yang ditempelkan ke ujung jari atau daun telinga.
Ansermino, seorang ahli anestesi anak-anak, mengatakan alat ini memancarkan sinar dengan panjang gelombang yang berbda melalui kulit, memanfaatkan karakteristik darah yang unik.
"Saat Anda memiliki oksigen dalam darah, sinarnya merah dan jika tidak ada oksigen, warnanya berubah biru. Jadi kita bisa tahu berapa banyak kandungan oksigen dalam darah," ujar Ansermino.
Ansermino mengatakan Phone Oximeter, yang diperkirakan akan berharga antara $10 to $40, menghasilkan pembacaan oksimetri yang akurat seperti yang ada di rumah-rumah sakit Barat, yang berharga ribuan dolar.
Aplikasi tersebut, menurut Ansermino, dirancang untuk penggunaan pada tingkat komunitas, supaya dapat digunakan oleh pekerja kesehatan yang hanya mendapat pelatihan minimal.
"Mereka dapat memeriksa anak-anak yang mungkin memiliki kesulitan bernafas atau flu berat dan dengan alat ini, dan pertanyaan-pertanyaan dasar, dapat melakukan penilaian atau diagnosa, dan mungkin bisa memberikan antibiotik," ujarnya.
Alat ini dapat meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi risiko pada kehamilan yang mengancam nyawa.
Menulis dalam jurnal Anesthesia and Analgesia, Ansermino mengatakan ponsel pintar dan tablet memiliki peran lain sebagai alat bergerak yang dapat digunakan untuk perawatan medis.