Sebuah terapi leukemia eksperimental menunjukkan keberhasilan dalam menghilangkan kanker darah mematikan dalam beberapa pasien.
Perawatan tersebut, yang melibatkan virus penyebab AIDS yang telah dilemahkan, meningkatkan sel-sel sistem kekebalan yang secara spesifik menargetkan sel-sel yang ganas.
Selusin pasien telah mencoba terapi eksperimental yang dikembangkan oleh Universiy of Pennsylvania tersebut. Perawatan mencakup penghilangan jutaan sel-T, sejenis sel darah putih, dari masing-masing pasien dan memasukkan gen yang telah diprogram untuk membunuh sel-B, jenis sel lain yang menjadi ganas dalam leukemia.
Para peneliti menggunakan sebentuk virus AIDS yang tidak menular untuk mengangkut materi genetik ke dalam sel-T, yang kemudian dimasukkan kembali ke pasien kanker setelah kemoterapi. Sel yang telah dimodifikasi secara genetik tersebut menyerang suatu protein di permukaan sel-B, membunuhnya, dan mendesak pembuatan sel-T yang lebih termodifikasi.
Sejauh ini, terapi eksperimental tersebut telah berhasil dipakai pada seorang anak dengan sejenis leukemia yang agresif dan pada tiga orang dewasa, semuanya tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit tersebut dua tahun setelah menerima terapi.
John Wagner, direktur kedokteran anak dan transplantasi sumsum tulang belakang di University of Minnesota, merupakan salah satu pihak yang memuji terapi baru tersebut untuk menyembuhkan kanker yang mematikan.
“Pada dasarnya, ini adalah strategi yang benar-benar baru di atas dan lebih dari kemoterapi atau radiasi yang memakai mekanisme yang sulit untuk menghilangkan leukemia yang resisten,” ujar Wagner.
Meski terapi tersebut sangat efektif dalam menghilangkan penyakit pada empat pasien, namun pada dua pasien lain hanya efektif sebagian dan mereka kambuh lagi setelah terapi. Dua pasien sama sekali tidak memberikan respon apa pun.
Wagner mengatakan bahwa meski terapi sel-T baru ini merupakan perkembangan yang menyenangkan, hal tersebut hanya menargetkan aspek kecil dari kanker darah. Pendekatan perawatan konvensional adalah transplantasi sumsum tulang belakang, yang dirancang untuk menciptakan sistem imunitas baru yang sehat.
“Transplantasi sumsum tulang belakang sangat efektif pada beberapa pasien. Namun saya akan mengkombinasikannya untuk melihat apakah saya dapat memperbaiki hasil setelah transplantasi, lebih dari yang kita lihat sekarang,” ujarnya.
Rincian dari terapi leukemia eksperimental ini dipersembahkan minggu ini pada sebuah pertemuan Masyarakat Hematologi Amerika di Atlanta. Penemuan-penemuan ini baru-baru ini diterbitkan dalam New England Journal of Medicine and Science Translational Medicine.
Selusin pasien telah mencoba terapi eksperimental yang dikembangkan oleh Universiy of Pennsylvania tersebut. Perawatan mencakup penghilangan jutaan sel-T, sejenis sel darah putih, dari masing-masing pasien dan memasukkan gen yang telah diprogram untuk membunuh sel-B, jenis sel lain yang menjadi ganas dalam leukemia.
Para peneliti menggunakan sebentuk virus AIDS yang tidak menular untuk mengangkut materi genetik ke dalam sel-T, yang kemudian dimasukkan kembali ke pasien kanker setelah kemoterapi. Sel yang telah dimodifikasi secara genetik tersebut menyerang suatu protein di permukaan sel-B, membunuhnya, dan mendesak pembuatan sel-T yang lebih termodifikasi.
Sejauh ini, terapi eksperimental tersebut telah berhasil dipakai pada seorang anak dengan sejenis leukemia yang agresif dan pada tiga orang dewasa, semuanya tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit tersebut dua tahun setelah menerima terapi.
John Wagner, direktur kedokteran anak dan transplantasi sumsum tulang belakang di University of Minnesota, merupakan salah satu pihak yang memuji terapi baru tersebut untuk menyembuhkan kanker yang mematikan.
“Pada dasarnya, ini adalah strategi yang benar-benar baru di atas dan lebih dari kemoterapi atau radiasi yang memakai mekanisme yang sulit untuk menghilangkan leukemia yang resisten,” ujar Wagner.
Meski terapi tersebut sangat efektif dalam menghilangkan penyakit pada empat pasien, namun pada dua pasien lain hanya efektif sebagian dan mereka kambuh lagi setelah terapi. Dua pasien sama sekali tidak memberikan respon apa pun.
Wagner mengatakan bahwa meski terapi sel-T baru ini merupakan perkembangan yang menyenangkan, hal tersebut hanya menargetkan aspek kecil dari kanker darah. Pendekatan perawatan konvensional adalah transplantasi sumsum tulang belakang, yang dirancang untuk menciptakan sistem imunitas baru yang sehat.
“Transplantasi sumsum tulang belakang sangat efektif pada beberapa pasien. Namun saya akan mengkombinasikannya untuk melihat apakah saya dapat memperbaiki hasil setelah transplantasi, lebih dari yang kita lihat sekarang,” ujarnya.
Rincian dari terapi leukemia eksperimental ini dipersembahkan minggu ini pada sebuah pertemuan Masyarakat Hematologi Amerika di Atlanta. Penemuan-penemuan ini baru-baru ini diterbitkan dalam New England Journal of Medicine and Science Translational Medicine.