Peneliti: Ketakutan Akan Ekstremisme Muslim AS Berlebihan

Presiden AS Donald Trump berbicara dengan para sheriff di Gedung Putih (7/2). (AP/Evan Vucci)

Sebagian besar serangan teroris baru-baru di Amerika dilakukan oleh ekstremis Muslim di dalam negeri.

Instruksi Presiden AS Donald Trump yang ditangguhkan mengenai larangan imigrasi didasarkan pada alasan luas yang diperdebatkan, yaitu bahwa peraturan imigrasi yang longgar memungkinkan ribuan teroris menyusup ke Amerika Serikat dengan tanpa dideteksi.

Tak lama setelah seorang pria Muslim Amerika yang bersenjata membunuh 49 orang di kelab malam Orlando Juni lalu, Trump mengatakan kepada para pendukungnya, "Anda memiliki ribuan penembak seperti ini, dengan mentalitas yang sama, di luar sana di negeri ini, dan kita membawa ribuan dan ribuan dari mereka masuk ke negara ini setiap tahun."

Trump mengatakan hal itu setelah seorang hakim federal membekukan perintahnya itu pada hari Jumat.

"Karena larangan tersebut dibekukan oleh hakim, banyak orang jahat dan orang-orang berbahaya dapat mengalir ke negara kita,'' tulisnya di Twitter.

Tetapi para pakar mengatakan ada sedikit bukti untuk mendukung pendapat itu. Sebagian besar serangan teroris baru-baru di Amerika dilakukan oleh ekstremis Muslim di dalam negeri dengan sedikit atau tidak ada kaitan dengan ekstremis luar negeri, dengan imigran dan pengungsi.

Menurut Kurzman, secara total, serangan yang dilakukan oleh ekstremis Muslim AS telah menewaskan 123 orang Amerika di AS sejak serangan teroris 11 September.

Sebagian besar kasus yang didokumentasikan oleh Kurzman adalah tindakan non-mematikan, mulai dari mengikuti pelatihan teroris di luar negeri, berencana untuk bergabung dengan al-Qaida dan Negara Islam (ISIS).